Mahatma Gandhi

"You may never know what results come of your action, but if you do nothing there will be no result"    

Jumat, 29 Juli 2011

Abang Masuk SD

Alhamdulillah....itu kalimat pertama yang saya ucapkan ketika melihat nama Agung Perdana Adhisatya tercantum di dalam lembaran nama-nama peserta yang berhasil lulus masuk sebuah sekolah tingkat dasar. Setelah melewati dua tahap seleksi kualifikasi akhirnya Agung diterima juga disekolah yang kami, saya suami dan tentunya Agung, inginkan.

Sejak pertama mengenal sekolah ini dengan kurikulum yang ditawarkan entah mengapa kami langsung jatuh hati, sistem pendidikan yang lebih mengutamakan pendidikan agama Islam menjadi daya pikat utama kami untuk menyekolahkan Agung disitu. Tapi untuk dapat duduk di SD tersebut bukanlah hal mudah, SD yang juga merupakan salah satu sekolah favorit dari sekian banyak sekolah favorit di Banda Aceh memiliki peminat yang tentunya bukan hanya kami, untuk dapat diterima di sekolah ini calon siswa harus dapat melewati serangkaian tes uji coba sebagaimana yang telah disyaratkan.

Agung adalah anak yang pendiam, dia teramat sangat pemalu, apalagi dengan orang-orang yang tidak dikenalnya,  ia susah beradaptasi dengan suasana baru sehingga perlu waktu pengenalan yang lama baginya agar ia mau bergaul di lingkungan barunya. Hal-hal demikianlah yang menyebabkan kami khawatir apakah ia kelak dapat (mau) mengikuti tes masuk di sekolahan tersebut, karena pada saat tes, orang tua / wali murid tidak diperkenankan masuk ke dalam ruangan tes. Yang kami khawatirkan bukanlah ia tidak dapat menjawab soal-soal tes melainkan apakah ia mau ikut tes tersebut tanpa kami dampingi, tapi Alhamdulillah, apa yang kami khawatirkan tidak terjadi, ketika tes dilaksanakan, Agung dengan langkah yakin dan mantap melangkah masuk keruangan tes tanpa perlu kami dampingi, dan Alhamdulillah Agung mampu menjawab serangkaian tes yang diajukan kepadanya.

Hari ini adalah hari pertama Agung masuk sekolah, terharu rasanya melihat ia mengenakan seragam merah putih, rasanya baru kemarin mengajarkan ia berjalan, tapi sekarang ia sendiri berjalan menuju gerbang sekolah tanpa perlu saya pegangi lagi tangannya. Ketika mengantar Agung sekolah, perasaan saya campur aduk, selain perasaan bangga, haru, juga rasa was-was. Saya khawatir bagaimanakah ia nanti di sekolah, suasana baru, tidak ada seorangpun yang dikenalnya, tidak ada orang tua yang menungguinya, apakah ia mampu beradaptasi, mengingat track record Agung selama ini yang selalu susah untuk beradaptasi dengan suasana baru. Apakah ia mau bersosialisasi di sekolah, apakah ada  yang mau berteman dengan dia, apakah nantinya ia mampu beradaptasi dengan sistem pendidikan yang jelas sangat berbeda dengan ketika ia masih TK dulu, apakah ia berani untuk mengungkapkan perasaannya kepada guru bila ia kebelet pengen pipis, dsb-dsb, hal-hal ini yang terus saya pikirkan sampai-sampai tadi malam saya tidak nyenyak tidur, lebay banget daaahh, saya memang suka berlebihan dalam menghadapi anak, kalau melihat Agung pentas maka saya akan menangis tersedu-sedu, gak percaya kalau yang ada dipanggung adalah Agung, padahal komentar Agung malah seperti ini, "Mama..Please..stop crying..malu kan dilihat teman-teman Agung..".

Saya mungkin tipe orang tua yang terlalu protektif, kadang suami suka jengkel juga dengan sikap saya yang terlalu menjaga anak-anak seperti menjaga kristal, seakan-akan anak adalah barang yang gampang pecah sehingga perlu dijaga ekstra ketat, padahal suami selalu mengingatkan bahwa fungsi dan peranan orang tua hanyalah sebagai pengarah, pembina, pengawas dan pengontrol aktifitas anak, bukannya berdiri sebagai body guardnya anak. Tapi saya tetaplah seorang Mama yang cengeng, gampang terharu-biru melihat anak-anaknya tumbuh besar, cerewet bila anak-anaknya beraktifitas yang menurut saya membahayakan dan paranoid bila melihat berita-berita di TV yang melibatkan anak sebagai korban. Maka yang terjadi adalah saya selalu deg-degan bila anak-anak jauh dari saya dan tidak berada dalam pengawasan saya. Padahal anaknya sendiri mungkin malah bahagia bila jauh dari saya, nggak ada yang cerewetin lagi.

Saya serahkan Agung kepada sekolah dengan tujuan agar ia menjadi anak yang mandiri, saya ikhlaskan Agung dalam pengawasan guru-guru sekolahnya agar ia menjadi anak yang pintar, pemikiran ini saya dengung-dengungkan didalam pikiran saya untuk melegakan hati saya yang kadung deg-degan membayangkan bagaimana Agung disekolahan nanti. Pagi ini dimulai awal pendidikan Agung dibangku sekolah dasar, awal menuju kemandiriannya, semoga kelak ia rajin belajar, menjadi anak yang sholeh, pintar, dan terwujud semua cita-citanya, Amin.

Pola ajar di sekolah dasar tentunya tidak sama dengan ketika taman kanak-kanak dulu, bila di TK guru masih berniat baik untuk menyuapinya makan, maka di SD pastinya Agung dituntut untuk lebih mandiri. Semoga Agung bisa beradaptasi. Saya mengenang kembali masa-masa ketika saya kecil dulu, ketika masuk SD saya juga tidak ditunggui Mama, padahal waktu itu saya baru genap berusia 5 tahun, tapi setelah saya ingat-ingat kembali toh pada akhirnya saya berhasil melewati masa-masa itu tanpa Mama disamping saya sebagai bodyguard, so kenapa sekarang saya harus cemas. Mulai hari ini saya belajar untuk mendidik hati dan perasaan saya lebih bijak dalam mengasuh anak, saya berusaha untuk selalu mengingatkan hati saya bahwa anak hanyalah titipan Tuhan, kita memang ditugasi untuk menyayanginya tapi tidak merusaknya dengan kasih sayang kita, jadi biarkan anak tumbuh kembang sewajarnya, belajar untuk mandiri karena kelak ia juga akan menjadi orang tua seperti kita.

Pukul 13.30 WIB saatnya menjemput Agung pulang dari sekolah, sejak Pukul 13.00 WIB saya sudah tiba disekolahannya, saya perhatikan banyak orang tua yang berdiri didepan pintu dan jendela kelas memperhatikan anak-anaknya padahal jelas tertulis di pengumuman bahwa orang tua hanya boleh mengantar dan menjemput anak sampai batas ruang tunggu saja, tapi mungkin khusus untuk anak-anak baru diberikan kelonggaran. Melihat banyaknya orang tua yang menunggui anaknya didepan kelas perasaan saya menjadi ciut kembali, perasaan bersalah, dalam hati saya bertanya-tanya apakah Agung sedih tidak ditunggui orang tuanya, apakah Agung merasa orang tuanya tidak peduli padanya, saya menyesal karena tidak mengambil cuti kantor khusus untuk hari pertama sekolahnya ini, perasaan bersalah mulai menyerang saya kembali, saya buru-buru menuju kelasnya, saya ngintip kedalam kelas mereka sedang melakukan praktek ibadah saya lihat Agung terlihat tekun mengikuti pelajaran itu, saya lega dia tidak menangis dan tidak dalam keadaan bersedih.

Ketika bel berbunyi Agung keluar dari kelas, begitu melihat saya ia langsung datang menghampiri dan memeluk saya, kemudian tiba-tiba seperti ingat sesuatu ia melepas pelukannya dan berkata
"Lho...Mama Koq disini ?.." tanyanya bingung
"kan Mama mau jemput Agung.." jawab saya
"Iya..Agung tau..tapi apa Mama gak baca pengumuman, kan orang tua tunggunya disana tuh.." katanya sambil menunjuk ruang tunggu
"bukan disini.." katanya lagi menambahkan
"Iya Mama tau, tapi Mama pengen lihat hari pertama Agung di kelas.." jawab saya lagi
"Aduh Mama...kaya orang gak ngerti peraturan aja sih.." katanya geleng-geleng kepala
Gubraaaaaakkkk...berasa ditabok pake tabung gas 3 Kg deh, seharian ini saya gak konsen beraktifitas karena mikirin gimana dia disekolah barunya eeehh..malah diceramahi soal aturan, duuuhh...jadi malu
*pelajaran untuk Mama-Mama yang suka lebay*



Athar Dwi Aryasatya



Cowok ganteng ini lahir pada tanggal 23 Agustus 2008 hanya 4 hari berselang sebelum hari ulang tahun Papanya yang ke-32, padahal prediksi dokter due date nya Athar tepat pada tanggal 27 Agustus, namun sepertinya dia tidak ingin bila kelak ulang tahunnya dirayakan bareng dengan Papanya maka pada hari Sabtu pagi Athar mulai menunjukkan tanda-tanda ingin menatap dunia, namun sebagaimana abangnya dulu, putra kedua kami ini juga lahir lewat jalan seksio sesarea, maka tepat ketika matahari mulai membelah hari Athar menyapa dunia dengan tangisan pertamanya.

Pada saat mengandung Athar, sebagaimana ketika mengandung Agung dulu, saya hanya mual-mual biasa dan muntah bila sikat gigi, saya tidak merasakan morning sickness yang hebat seperti yang biasanya dialami oleh beberapa ibu diawal kehamilan, saya tidak ngidam yang aneh-aneh, tidak terganggu bila mencium aroma yang menyengat, paling hanya pusing sebentar, dan masih sanggup beraktifitas sebagaimana biasanya, benar-benar proses kehamilan yang sangat menyenangkan, kalaupun ada gangguan biasanya masalah hipotensi dan anemia, kalau ini mah emang uda penyakit saya dari kecil jadi nggak heran lagi. Selama hamil saya dan suami semakil tergila-gila dalam mengembangkan hobi berkebun kami, tumbuhan apa saja yang bisa ditanam pasti kami tanam, sampai-sampai banyak yang menebak kalau anak dalam kandungan saya adalah perempuan, tapi sebagaimana abangnya dulu, ketika ia lahir dengan semangat dokter memberitahukan "Selamat Bu anaknya cowok lagi..."

Sejak dokter menyatakan bahwa bayi yang saya kandung adalah laki-laki, maka kami mulai bongkar-bongkar kamus bahasa untuk mencari nama yang tepat untuk bayi laki-laki kami kelak, Athar kami ambil dari bahasa Arab yang artinya suci, bersih, sejak awal kami sepakat untuk mencari nama yang diawali dengan huruf A, dengan maksud agar ia kelak rajin belajar, nah lho apa hubungannya, menurut kami bukankah disekolahan nanti nama-nama yang memiliki awalan huruf  "A"  lah yang selalu diabsent paling awal, sehingga mau nggak mau dia harus rajin belajar supaya gak malu-maluin di kelas, selain itu otomatis dia juga harus rajin bikin PR / home work di rumah karena dengan nama yang selalu berada diposisi puncak absent kelas tidak akan memungkinkan dia untuk nyontek PR teman-temannya karena keburu dipanggil, pemikiran yang cemerlang berangkat dari pengalaman kedua orang tuanya yang memiliki nama dengan huruf awal R dan S hehehe...

Dwi dari bahasa Jawa Kawi yang bermakna dua, melambangkan bahwa ia putera kedua kami. Sedangkan Aryasatya kami ambil dari bahasa Sansekerta yang bermakna, mulia, kemuliaan. Niat awalnya sih nyari nama yang rada-rada mirip dengan abangnya Agung Perdana Adhisatya, kebetulan ada masukan dari seorang sobat karib nun jauh disana yang menyarankan untuk membubuhkan nama Aryasatya, maka terteralah di akta kelahirannya sebuah nama indah yang berbunyi Athar Dwi Aryasatya yang berarti pemuda suci yang berhati mulia, Amin.

Beda dengan abangnya yang memiliki tipe cool persis seperti Papanya, Athar heboh seperti, siapa lagi kalau bukan, Mamanya. Kalau Agung perasa, Athar cuek, Agung lebih tenang, Athar garang, preman abis deh kaya Mamanya hahahaha. Tapi ada satu hal yang mirip Papanya, kalau nyanyi suaranya sumbang, lari marathon entah kemana haaahaaayyyy, beda dengan Agung.

Seperti saya, Athar kalau sudah bicara susah berhenti, seingat saya sepertinya tidak ada momen yang bikin dia stop untuk bicara, mulutnya tidak pernah berhenti bertanya, kalau pertanyaannya sudah habis maka bernyanyilah ia dengan suaranya yang rada-rada sumbang. Lagi mandi dia tanya sana-sini apa saja yang dillihatnya di bath room, ketika sedang makan Ia tidak berhenti ngoceh walaupun mulutnya penuh dengan makanan, kalau dibawa jalan semua yang ia lihat pasti ditanyainya, di sekolah kata gurunya dia tidak pernah henti bertanya, tidurpun kadang suka ngigau, sampe lagi pup pun dia sempat-sempatnya nyanyi, haaadddeeeeehhhh bener-bener daaaaahhh.

Beda dengan Agung yang mulai bicara pada usia 10 bulan dan fasih berbicara tanpa cadel lagi sejak umur 1 tahun, pada usia 1 tahun Athar malah masih berkicau riang, hanya satu dua perkataannya yang bisa kami maklumi, kalau bicara masih cadel, lucu dan ngegemesin yang mendengarnya, kadang banyak kata-katanya yang tidak kami pahami. Kalau sekarang sih sudah lumayan dimengerti walaupun sesekali masih ada kata-katanya yang belum bisa kami translate dan karena  kalau bicara dia suka dengan speedy yang tinggi kadang rada-rada bingung juga terjemahinya, seperti
"Mah...Adek mau cokoah..." katanya pada suatu pagi di hari libur sekolah,
"Masih libur sayang, tanggal 11 Juli mulai sekolah lagi..." kata saya menghibur,
"Butan Mah..Adek mau cocoaaakk..." teriaknya,
"Apa ? Adek mau kecoak ?..." tanya Papanya lagi,
"BUTAN...ADEK MAU TOTOAH..." jeritnya kesal,
Saya dan suami bingung saling pandang-pandangan gak mudheng, tiba-tiba terlintas dalam pikiran saya
"Adek mau coco crunch ya ?..." tanya saya mulai memahami,
"Iya...totoan..." jawabnya lagi,
hhhhhffffffff...lega...gak kebayang kalau dia sampai ngamuk karena nggak ada yang ngertiin.

Pernah juga Omanya dibuat bingung dengan perkataannya, jadi ceritanya  setiap sore Oma dan Opa sering menjemput Agung dan Athar untuk dibawa jalan-jalan keliling kota, setiap kali diantar balik pulang kerumah, dipersimpangan jalan menuju rumah Kami Athar selalu dengan hebohnya berteriak
"Oma...lihat...itu ada cipobo !!!!..." serunya girang
"Gung...dek Athar ngomong apa sih ?..." tanya Oma kepada Agung, karena biasanya Agung yang paling bisa memahami perkataan Athar.
"Adek bilang apa ?..." tanya Agung
"Itu Bang...itu tadi ada cipobo...tan..uda lewat cipobonya..." jawab Athar
"Emangnya cipobo tu apaan dek..polisi tidur ya ?..." tanya Agung mencoba menebak
"BUTAN ! CIPOBO !!! Cipobo itu tulicannya cee oo bee...bacanya cipobo..tauuu..." katanya sok ngajari abangnya membaca, padahal belum satu hurufpun yang dia kuasai, tapi bukan Athar namanya kalau nggak percaya diri.
Mendengar ocehannya yang makin kacau akhirnya yang lain pada nyerah tidak berniat bertanya lagi, namun anehnya setiap sore kejadian yang sama selalu berulang lagi, hingga suatu hari si Oma yang penasaran akhirnya bertanya kepada kami
"Vi..Cipobo tuh apaan sih..." tanya Mama
"Cipobo ?..." tanya saya bingung
"Athar tiap diantar pulang, di lorong menuju rumah kalian dia selalu jejeritan bilangin Oma itu ada cipobo, kami nggak ada yang ngerti maksudnya apa..." kata Mama penasaran
"Haaa...apa ya...nggak tau..." jawab saya bingung
Trus tiba-tiba suami saya nyelutuk "Ooo...itu Ma...maksudnya Spongebob...kan di tembok lorong menuju rumah kami ada mural gambar spongebob..." kata suami saya menerangkan kepada Mama. Oalaaahh..spongonge bob toh maksudnya.

Sejak mulai sekolah, dirumah dia suka mengulang lagu-lagu yang diajarkan gurunya di sekolahan, walaupun antara suara dan nada lagu tidak pernah harmonis tapi dia tetap dengan rasa percaya diri yang tinggi mengumandangkan lagu-lagu yang telah diajarkan guru-gurunya dengan suara yang membahana dan eksepresi muka yang serius, kadang geli sendiri melihatnya, kalau lagu dalam bahasa Indonesia sih mendingan masih dimengerti, tapi kalau lagu dalam bahasa Inggris, nah lho tambah puyeng kan, seperti tembang yang satu ini
"wotel melon..wotel melon..papaya..papaya..menggo en glepes..it may peplit pluti..tu mek puk cayad..puk cayad..puk cayad..." ayo tebak lagu apakah ini ?
"Watermelon..watermelon..papaya..papaya..manggo and grapes..it's my favorite fruity..to make fruit salad..fruit salad..fruit salad..."
Kadang ada kalimat dia yang sampai sekarang tidak kami pahami, jadi one day dia bernyanyi seperti ini
"titak..titak..didinding..diam-diam meyayap..datang ceekol nyamuk..hap..lalu ditangkap umek-umeknya..." nyanyinya riang
Walhasil kami pada heran dunk dengan penambahan kalimat umek-umek diakhir lagu, jadi semua pada tanya
"Umek-umek tu apa dek Athar..." tanya Mamangnya, adik laki-laki saya,
"Umek-umek aja nggak tau..." katanya meremehkan si Mamang,
"Emang apa artinya ?.." tanya omanya lagi penasaran,
"Umek-umek adalah cebuah antata..." jawabnya cepat,
"Haaaaa..." semua jadi pada tambah bingung dan kemudian berusaha menebak-nebak, tapi dia hanya menggelengkan kepala sambil tertawa jahil. Sampai sekarang nobody know apa maksud umek-umek itu, Mamangnya nebak
"Mungkin komet ya maksud Adek, kan sebuah angkasa yaaa.." tanya adik laki-lakiku penasaran.
"Butaaann..potokna..umek-umek itu adayah tebuah atata.." jawabnya sambil ketawa girang karena berhasil bikin puyeng orang-orang serumah. Yang jelas sampai dengan tulisan ini saya upload, kami masih belum berhasil menemukan makna dari kata "umek-umek" tadi, jadi kalau teman-teman ada yang mengerti tolong beritahukan saya ya pliiiiiiiiiisss...

Masih mengenai lagu, seperti pernah saya beritahukan, Athar berani dan PD bila berhadapan dengan orang yang tidak dikenalnya, disekolah dan ditempat-tempat lainnya bila ditanya "siapa yang mau nyanyi ?" maka dengan semangat menggebu-gebu ia akan mengacungkan tangannya sambil teriak "SAYA..!!!". Suatu hari salah seorang temannya merayakan acara ulang tahun disebuah restoran cepat saji, ketika mulai masuk ke acara pokok pembawa acara menanyakan
"Siapa yang mau nyanyi ?.."
"SAYA..!!!.." Jerit Athar sambil langsung lari kedepan, padahal belum dipanggil
Karena Athar sudah sampai kedepan Om pembawa acara tadi pun menyodorkan mike sambil bertanya
"Mau nyanyi apa ?.."
"Pita tuti.." Jawab Athar PD
"Haaa...apa ?.." tanya Om mc kebingungan
"Adek mau nyanyi lagu Piiitaaa Tuuutii.." kata Athar mencoba menjelaskan
"Pita suci ya ? lagu apa itu..Ok deh kalau gitu silahkan nyanyi.." Kata Oom sambil masih kebingungan
Lalu Athar mengambil mike menatap kearah teman-temannya, mulai pasang aksi dan berkumandanglah sebuah lagu dari mulutnya
"Piiitaaa tutiii dilangit yang biyu..
Amat banyak menghias atata..." Oalaaahh lagu bintang kecil toh maksudnya, Om mc tertawa geli melihat aksinya menyanyikan lagu Pita Tuti tadi.

Tapi dari segi kemandirian Athar sepertinya jauh lebih mandiri dari Agung, lebih berani dan lebih percaya diri. Kalau Agung sebagai pengamat, Athar pembicara, Agung pemikir, Athar pelaksana, jadi bila ada kekacauan yang mereka berdua timbulkan maka bisa dipastikan aktor intelektualnya Agung sedangkan eksekutornya adalah Athar. Kalau Agung paling dekat dengan Papanya Athar malah lebih dekat dengan saya, kalau ditanya Athar anak siapa, pasti jawabnya "ANAK MAMA !!!" walaupun si Papa suka promo kalau anak Papa bakalan dibawa jalan-jalan, tapi dia tetap pada prinsipnya kalau Athar anak Mama, good boy, sampai pada suatu hari Papanya pulang dengan coklat ditangan, begitu disamperin ama anak-anak suami saya langsung bilang
"Cuma anak Papa yang dapat coklat dari Papa.." goda suami saya sambil melirik Athar
"Dek Athar anak siapa ?..." tanya suami saya
"ANAK MAMA !!!.." teriaknya yakin
"Kalau gitu dek Athar nggak dapat coklat ya, kan dek Athar anak Mama..." goda suami saya lagi
"Jadi dek Athar anak siapa ?..." tanya suami saya lagi sambil mengacung-acungkan coklat di depan Athar
"ANAK MAMA !!!!!..." jawabnya lagi dengan mantap
"Ya uda deh coklatnya untuk Papa aja ya...hmmmm...enaaaak..." kata suami saya sambil berpura-pura makan coklat
"Mama ada topat..." tanya Athar kepada saya
"Nggak sayang...coklatnya sama Papa semua..." jawab saya sambil menahan geli melihat ekspresi mukanya yang sangat memelas
"Tuuuh..kaan..kalau anak Mama nggak bisa makan coklat..jadi Adek anak siapa ?..." goda suami saya lagi
"Anak Papa..." jawabnya lemah sambil melirik saya
"Horeee...Adek anak Papa...karena Adek anak Papa ini coklatnya untuk Adek..." kata suami saya
Begitu coklat sudah ditangannya, Athar langsung teriak
"ADEK ANAK MAMA !!!!!..." teriaknya sambil buru-buru kabur menyelamatkan diri.
Bhuaaahahahahaha...pintar juga tuh anak pikir saya, tinggal Papa yang manyun karena rayuan coklatnya nggak mempan. Tapi kalau sekarang dia sudah jauh lebih bijaksana, kalau ditanya "Adek anak siapa..." Maka jawabnya "Adek anak Mama...anak Papa juga.." jadinya sekarang si Papa uda bisa sedikit membusungkan dada hehehe.

Beda dengan Agung yang picky eater, sebagaimana saya yang gak nolak bila ditawari makanan dan minuman halal demikian pula Athar, dari bayi dia sudah menunjukkan sifat doyan makan seperti saya, gak peduli makanan itu rasanya pedas, Athar gak pernah menolak bila diberikan makan, dia mau mencoba semua jenis makanan yang disajikan, dia berani mencoba rasa-rasa extreme untuk lidahnya, tumis bunga pepaya dan pare yang pahit pun pernah dicicipinya, dan yang paling saya suka dari prinsip hidupnya adalah pantang membuang makanan yang sudah masuk ke mulutnya walaupun itu tidak enak, saya banget kan hehehe.

Belakangan in Athar gemar sekali menirukan perbuatan dan perkataan Abangnya, apa saja yang Abangnya lakkukan pasti ditirunya. Kalau si Abang bertanya maka ia juga akan menanyakan hal yang sama seperti yang ditanyakan Abangnya, bila Abangnya bicara menceritakan atau menjelaskan sesuatu maka ia pun akan mengulang cerita atau penjelasan Abangnya tadi, kadang jadi sebal dibuatnya. Yang lucunya bila waktu makan tiba maka Agung akan berteriak "TIDAK MAU.." sambil menutup mulutnya dengan kedua tangannya, dan Athar akan meniru "TIDAK MAU.." sambil membuka mulutnya minta disuap Hahahaha.

Beda anak beda sifat, tapi perbedaan indah itulah yang membuat Kami selalu bersyukur karena telah dikaruniai harta yang tak ternilai harganya. Walaupun mereka berbeda, dimata Kami mereka adalah anak-anak Kami yang paling ganteng, paling pintar, dan pastinya paling Kami cintai. Dalam setiap langkah mereka selalu terselip doa Kami agar Tuhan selalu melindungi mereka dan dalam setiap nafas mereka selalu ada harapan Kami agar mereka selalu berjalan dijalan yang lurus dan benar, kelak menjadi anak-anak yang berguna bagi agama dan bangsanya serta berbakti pada kedua orang tuanya, Amin Ya Rabb.