Mahatma Gandhi

"You may never know what results come of your action, but if you do nothing there will be no result"    

Jumat, 25 Februari 2011

Maulid Nabi Muhammad SAW

Sudah masuk bulan Maulid niiihh...Waaahh..seandainya masih di Lhokseumawe...bisa perbaikan gizi hehehe... Sebelum tugas di Lhokseumawe Maulid dimata saya hanyalah tanggal merah di kalender dalam rangka peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW dimana biasanya pada hari libur itu saya ke sekolah dengan mengenakan baju muslim untuk mendengar ceramah, malamnya pun juga ada ceramah di masjid, cuma itu, hanya itu kenangan yang saya ingat tentang Maulid sebelum saya ditugaskan di Lhokseumawe.

Saya lahir dan besar di Aceh, Papa saya orang Aceh, tapi lingkungan tempat tinggal saya, sebelum tsunami, mayoritasnya bukan suku Aceh, kalaupun ada suku Aceh hanya minoritas dan itupun pendatang, malah di lorong rumah orang tua saya yang suku Aceh ya cuma Papa saya, dan karena Papa saya anak tunggal yang mana Almh. nenek saya pun semasa hidupnya berkedudukan di Banda Aceh juga, otomatis adat Aceh yang saya kenal kebanyakan teori, hanya berdasarkan cerita saja, praktek di lapangannya jarang saya nikmati langsung.

Perayaan maulid atau yang biasa di Aceh disebut dengan Khanuri Maulod (kenduri maulid) dilaksanakan setiap bulan Rabbiul Awal yang disebut maulod awai (maulid awal) dimulai pada tanggal 12 Rabbiul Awal, bulan Rabbiul Akhir (maulod teungoh / maulid tengah), dan bulan Jumadil Awal (maulod akhee / maulid akhir). Biasanya seluruh masyarakat di Aceh mengadakan perayaan kenduri Maulid di Mesjid, rumah, gampong, dan meunasah (mushala), hanya waktu pelaksanaannya yang berbeda-beda, tergantung pada kemampuan menyelenggarakan dari masyarakat. Mengapa dibagi menjadi tiga bulan, dalam Tarikh Islam, tujuannya agar masyarakat dapat melaksanakan kenduri secara keseluruhan dan merata. Maksudnya apabila pada bulan Rabiul Awal belum sempat / mampu, baik secara ekonomi maupun waktu, maka dapat dilaksanakan pada bulan Rabiul Akhir, dan bila belum mampu juga maka masih ada kesempatan pada bulan Jumadil awal.

Di Lhokseumawe masing-masing gampong melaksanakan maulid dalam waktu yang berbeda-beda dengan tujuan agar tidak beradu waktu pelaksanaannya. Di Lhokseumawe lah saya baru benar-benar merasakan yang namanya tradisi perayaan Maulid yang sebenar-benarnya di Aceh. Masyarakat disana sangat antusias menyambut perayaan maulid tersebut, meriah, nuansa Islami dimana-mana dan pastinya banyak makanan hehehehe.

Umumnya masyakat di Aceh menyambut perayaan Maulid tersebut dengan antusias dan melaksanakannya dengan semegah-megahnya selayaknya menyambut lebaran tiba, rumah-rumah mulai dibersihkan, gordyn dan taplak meja diganti, permadani turki mulai dibentang dan rumput dihalamanpun sudah rapi dipangkas menyambut hari kelahiran Pang Ulee (penghulu alam) Nabi Muhammad SAW, utusan Allah SWT yang terakhir pembawa dan penyebar ajaran agama Islam. Kenduri ini sering pula disebut kanduri Maulod Pang Ulee. Ketika hari H tiba, bagi yang menyelenggarakan kenduri pada siang hari biasanya sekitar pukul 12 siang hidangan telah siap untuk diantar ke meunasah atau mesjid, dan bagi yang menyelenggarakan kenduri di rumah, hidangan telah ditata rapi untuk para tamu. Dari Meunasah dan masjid-masjid mulai terdengar Meudikee Maulod (zikir marhaban atau zikir maulid) sejak pagi hingga malam dan berhenti sebentar disetiap waktu menunaikan sholat tiba untuk kemudian dilanjutkan kembali. Meudikee Maulod ini terus dikumandangkan sampai dengan waktu Isya tiba, sesudah sholat Isya biasanya ditutup dengan ceramah Islami.

Penyelenggaraan kenduri maulid umumnya dilangsungkan di meunasah atau mesjid. Panitia pelaksana kenduri selain mengundang masyarakatnya juga mengundang penduduk dari gampong-gampong lain yang berdekatan. Penduduk di gampong yang sedang melaksanakan kenduri biasanya menyumbangkan makanan ke Meunasah / Mesjid, selain itu di Meunasah / Mesjid biasanya ada menyembelih sapi / kerbau / kambing untuk dimasak sebagai hidangan perayaan Milad Nabi tersebut. Makanan yang telah terkumpul di Meunasah / Masjid tadi diutamakan dibagikan kepada kaum dhuafa, fakir miskin, dan anak yatim / yatim-piatu, baik dari gampong penyelenggara maulid maupun gampong-gampong tetangga. Hal ini lah yang menyebabkan  perayaan maulid dilaksanakan pada waktu yang berbeda antara satu gampong dengan gampong yang lain.

Selain itu bagi yang mampu biasanya juga melaksanakan kenduri di rumah, biasanya pemilik rumah mengundang saudara, tetangga, kerabat, sahabat, dan masyarakat yang dikenalnya untuk menghadiri acara kenduri di rumahnya. Naaahh...disini mulai serunya, karena sebagaimana pepatah orang Aceh yang berbunyi "Peumulia Jamee  Adat Geutanyoe" yang artinya "memuliakan tamu adalah tradisi kami", sehingga sudah  prinsip orang Aceh bila tamu harus dimuliakan, maka sebagai tamu tentunya kita akan disuguhkan dengan berbagai macam jenis hidangan khas Aceh, dan sebagaimana tabiat orang Aceh yang paling menghargai tamu, senang menyambut tamu dan selalu ingin menyenangkan tamunya, maka saran saya, kalau anda diundang untuk hadir diacara kenduri Maulid, kosongkan perut sekosong-kosongnya hehehehehehe...karena pemilik rumah pantang lihat piring dan gelas tamunya kosong, pasti langsung disodori lagi beraneka macam makanan dan minuman.

Biasanya dalam kenduri Maulid ada beberapa makanan wajib yang selalu ada dalam daftar menu untuk dihidangkan, yaitu beukulah (nasi bungkus / nasi putih yang dibungkus dengan daun pisang dengan bentuk khas seperti kerucut) dengan lauk pauk terpisah, dan untuk dessertnya ada beuleukat kuah tuhee / beuleukat kuah peungat, ketan dimakan dengan kuah santan dicampur dengan pisang raja dan nangka serta diberi gula secukupnya (seperti kolak tapi berwarna putih) ditambah dengan serikaya, kue timphan, dan Eh Boh Timon, Es Buah Timun, (catatan: konon orang Aceh susah nyebut huruf S). Sedangkan untuk lauknya, Waaaahhh...bener-bener heboh, segala macam jenis hidangan ada disini, karena menurut adatnya Aceh, yang paling mulia untuk disajikan kepada tamu adalah daging, maka jangan heran kalau hampir semua hidangan terdiri dari daging sapi, kerbau, kambing, bebek, ayam, ikan semuanya mejeng dengan menggiurkannya dipiring-piring hidangan, mulai dari dimasak gulai merah, gulai putih, dimasak kari merah, kari putih (koq kaya bendera ya Xixixixixi...), ditumis, digoreng, direbus, diasapi, dan aneka cara masak lainnya, pokoknya meriaaaaaaaaaaaahhh...!!!!!

Sebenarnya dibeberapa tempat di Banda Aceh juga masih melaksanakan adat seperti ini, tapi karena nggak pernah ngundang saya jadi saya nggak tahu Qiqiqiqi...kalau ditempat tinggal saya memang ada juga makan-makan sesudah ceramah tapi sekedarnya saja, biasanya nasi atau kue kotak demikian juga disekolah saya dulu, jadi menurut saya, yang tukang makan, kurang meriah. Tapi kalau saya cerita seperti ini ke Mama, maka dengarlah petuah Mama saya,

"Inti terpenting dari perayaan Maulid Nabi adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin untuk berjuang menegakkan panji-panji Islami dalam kehidupannya dan menjalankan perintah Allah SWT sebagaimana yang telah diajarkan Nabi Muhammad SAW, jadi bukan makan-makannya...!!!"

Duuuuhh...berasa ditabok pake sekarung goni beras deh hehehehe...Ok Mom, what ever you say yang penting sebagaimana petuah indatu (nenek moyang) kita dulu.....

"Matee Aneuk Meupat Jeurat Gadoh Adat Pat Tamita" 
(mati anak tahu kuburannya hilang adat dimana harus dicari)


Kamis, 24 Februari 2011

Mama Cantik

Kemarin sore Agung bisik-bisik di telinga saya,
"Ma...Agung punya rahasia...Mama tau nggak, setelah Agung pikir-pikir, ternyata Mama tuh Mama yang paling cantik di sekolahan Agung..."
Ooooohhh.....Sooooo Sweeeeet....batin saya, koq baru mikir sekarang, kata saya dalam hati.
"Ini rahasia lho Ma...jangan bilang-bilang siapa-siapa..." tambahnya lagi.
"Lho...kenapa ?..." tanya saya.
"Ya...iya lah Ma...kalau Mama-Mama yang lain tahu kan bisa pada sedih, bisa-bisa nanti anak-anaknya nggak ada yang disekolahin lagi disitu, nanti Agung bisa nggak punya temen..." jawabnya dengan yakin.
Nggak segitu-segitunya kaleeeee...pikir saya dalam hati.
"OK...keep secret..." Kata saya.
"Oh iya Agung harus kasih tahu Papa nih..." katanya lagi sambil lari keluar kamar.
Dari dalam kamar saya dengar Agung bicara ama Papanya,
"Pa...Agung punya rahasia...Papa tau nggak, setelah Agung pikir-pikir, ternyata Mama tuh Mama yang paling cantik di sekolahan Agung..."
"Siapa bilang..." tanya Papanya dengan nada curiga.
Aduuuh...si Papa bukan di iya'in aja, sirik aja nih pikir saya.
"Agung yang bilang..." jawab Agung.
"Ha ha ha ha ha . . . ya iya lah . . . kalau Agung yang bilang pasti Mama Agung yang paling cantik, coba tanya Zidan, pasti Zidan bilang Mamanya yang paling cantik..." kata Papa sambil tertawa geli.
Papaaa...Please deh...jangan racuni pikiran anak, anak-anak tuh jujur, apa adanya, penilaiannya tulus from the bottom of his heart, gerutu saya dalam hati. 
"Nggak koq Pa...Mama memang Mama yang paling cantik di sekolahan Agung...nasi goreng Mama juga yang paling enak dibandingkan nasi goreng temen-temen Agung yang lainnya..."  Katanya ngotot.
"Itukan kata Agung...kalau Agung yang bilang ya pasti lah Mama yang paling cantik, masakan Mama yang paling enak, kan Agung anak Mama...coba deh dipikir-pikir lagi..." kata Papa nggak mau kalah, jadi curiga nih, maksud Papa apa, meragukan kecantikan Mama ? *Jiaaaaahhh....Narsis* tapi saya yakin Agung pasti akan bela saya.
"Papa NiiiiiHhhh...kalau nggak percaya ayo besok ke sekolahan Agung, lihat aja sendiri..." katanya sewot.
Horrrrreeee....ada yang bela, pikir saya kesenangan, padahal selama ini Agung paling dekat ama Papanya, apa-apa Papa, dia idola banget ama Papanya, he thinks of  his father as the center of his universe, baginya Papa bener-bener his whole world, apa aja yang Papanya buat pasti ditiru, Papa selalu yang paling bener dimatanya, biasanya sehari-harinya mereka berdua paling kompak dalam hal ngeledekin saya, tapi emang bener kata psikolog di majalah-majalah bayi yang pernah saya baca, karena 9 bulan dalam kandungan kemana-mana bareng terus membuat ikatan batin antara Ibu dan Anak sulit untuk dilepaskan, jadi walaupun dia deket ama Papanya tapi bila Mamanya ditindas dia pasti akan membela, memang benar cinta kasih tulus seorang Ibu dapat menutupi segala kekurangan, dapat membuat anak untuk selalu melihat Ibu sebagai sosok yang terindah dalam hidupnya, pikir saya dengan bangganya.
"Tapi Pa...kalau Roger nggak pindah sekolah, pasti Mama Roger yang paling cantik disekolah..." tambahnya lagi.
Gubraaaaakkkk.....ternyataaa...bener deh kata pepatah kalau "kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah" pikir saya  *sambil tepok jidat*

Senin, 14 Februari 2011

Valentine's Day

Seumur-umur saya nggak pernah tuh merayakan hari valentine, menurut saya norak banget kemana-mana pake pink (bukan warna favorit saya), dengan membawa kado-kado yang juga, wajib, dibungkus dengan kertas berwarna pink, makan coklat (yang tidak begitu saya gemari), dan berusaha meromantis-romantiskan diri, Jiaaaah...ampuuun DJ !!!...DJijay baDJai deh...!!!!! Selayaknya hari ulang tahun, saya juga sering lupa kalau tanggal 14 Februari adalah hari valentine yang, kata orang-orang sih, merupakan moment yang tepat untuk mengungkapkan kasih sayang, nggak melulu kepada kekasih hati tapi bermakna luas kepada siapa saja yang patut untuk dikasihi.

Sebenarnya valentine itu apaan sih, apa iya ungkapan kasih sayang bisa diwujudkan dalam warna pink, kado-kado lucu dan coklat serta puisi-puisi maupun lagu-lagu romantis ? 

Apapun definisi dan versi tentang perayaan valentine itu I don't care, menurut saya kasih sayang diungkapkan tidak hanya dalam 1 hari saja dan juga tidak diwujudkan dalam bentuk warna pink, kado-kado lucu, coklat, puisi, dan lagu romantis. Bagi saya bila memang benar ingin mengasihi dan menyayangi ya seharusnya setiap hari tidak hanya 1 hari saja. Aneh banget rasanya bila setiap tanggal 14 Februari kita say I Love You namun besoknya sampai satu tahun kedepan kita kembali jadi pemain voly yang lihai melakukan serve, smash dan pukulan-pukulan mantap lainnya kepada pasangan, wiiih...amit-amit punya pasangan hobi KDRT kaya gini.

Klise rasanya bila sekali lagi saya mengingatkan kalau kasih dan sayang seharusnya ditunjukkan setiap hari dengan sikap, bukan kata-kata, dalam bentuk respect kepada orang yang kita kasihi dan sayangi, nggak perlu gombal-gombalan, romantis-romantisan dan kado-kadoan tapi bila kita menghargai orang yang kita kasihi dan sayangi, menurut  saya, itu lebih berharga dari ribuan kado valentine yang dibungkus kertas kado berwarna pink. Bukan berarti saya nggak setuju bila anda ingin merayakan valentine setiap tanggal 14 Februari, saya juga tidak melarang bila anda ingin memberikan saya kado pink di hari valentine, silahkan, (sapa juga yang mau kasih kado, GR),  itu hak anda yang penting sesudah tanggal 14 cinta, kasih dan sayang itu harus tetap ditunjukkan dalam bentuk perbuatan, More than words is all you have to do to make it real, kalau boleh pinjam liriknya Extreme.

Walaupun saya tidak pernah tertarik untuk merayakan valentine, tapi saya punya satu kenangan indah tentang valentine waktu saya SMP, my funny valentine with one of my best friends, Almh. Maya Handayani. Sama seperti saya Maya juga nggak suka segala hal yang terlalu dibesar-besarkan, pink ? terlalu girly katanya. One day setelah melakukan pembahasan hal-hal yang menurut kami sangat lebay dalam ritual 14 Februari, kami memutuskan sebagai berikut :
  1. Kasih sayang nggak perlu ditunjukkan ditanggal 14 Februari saja ;
  2. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan sudah pasti kita wajib menyayangi makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya ; 
  3. Sebelum menyayangi makhluk ciptaan Tuhan yang lainnya alangkah baiknya bila kita belajar mencintai, menyayangi dan memahami diri kita sendiri dulu. 

Nah...untuk mewujudkan point ketiga ini, otak kiri dan kanan kami mulai bekerja, bagaimana caranya ? Maya bilang, "gampang, tanggal 14 Februari ini kita harus memanjakan diri kita dengan cara yang paling kita sukai tanpa harus peduli dan memikirkan pendapat orang lain, don't say you love me if you don't love your self, bukankan selama ini kita sudah mengenyampingkan ego kita demi menunjukkan rasa sayang kita kepada orang-orang yang kita sayangi.." Ok kata saya, maka selanjutnya dimulailah persiapan menyambut hari kasih sayang untuk diri sendiri itu. Maka dimulailah rencana-rencana licik sebagai berikut :
  1. Karena saya suka warna hijau, biru dan coklat maka saya bebas untuk memakai ketiga warna itu pada hari itu walaupun nggak nyambung dan sedikit norak, demikian juga Maya yang suka dengan warna hitam dan putih ; 
  2. Karena selama ini Mama-mama kita tidak pernah mengijinkan kita jajan sembarangan apalagi yang dipinggir jalan, maka karena setiap lewat tempat itu kita selalu tergoda tanpa pernah berani mencoba karena tidak ingin membuat sedih orang-orang yang kita sayangi, Mama, maka saat ini kita harus menyayangi diri kita dengan mewujudkan keinginan kita untuk jajan dipinggir jalan ;
  3. Kita bebas melakukan apa saja yang kita suka dalam satu hari itu saja tanpa peduli orang lain suka atau tidak dengan perbuatan kita, satu hari saja. 

Hebat sekali rencana kami untuk merayakan valentine bagi diri kami sendiri itu kan, demi persiapan itu kami bela-belain puasa dua hari dua malam supaya perut bisa banyak memuat jajanan yang selama ini selalu kami idam-idamkan, ingat cuma 1 hari kesempatan yang kami punya. Maka ketika harinya tiba, saya dengan mengenakan celana jeans biru, kaos hijau ngejreng yang menyakitkan mata walaupun dilihat dari jarak 100 Km dan tidak lupa topi kebanggan berwarna coklat mengendarai sepeda (properti yang kami kuasai hak vetonya pada waktu itu) bersama Maya yang memakai baju dan celana serba hitam dengan topi putih jalan-jalan keliling kota, sasaran pertama adalah jajanan pinggir jalan yang menjual bakso dan es campur, yang biasanya sering kami lewati, disana masing-masing dari kita jajan semangkuk bakso dan segelas es campur, setelah itu kami keliling lagi untuk hunting jajanan-jajanan menarik lainnya yang selama ini dilarang, selain itu kami juga pergi mancing diteriknya matahari (pantangan lainnya), bahkan sorenya ketika Mama Maya sedang pergi pengajian, kami main hujan, hujan buatan, alias bermain semprot-semprotan air, yang jelas pulang Mamanya dari pengajian kami diomelin karena telah merusak taman mungilnya saking serunya bermain hujan buatan. Disetiap aktifitas kami tak lupa mengisi perut dengan jajanan-jajanan yang, sekali lagi, dilarang. Saat itu benar-benar hari yang bahagia, kami benar-benar berhasil membahagiakan diri sendiri, Maya...I really miss you so much wherever you are...

Setelah perayaan hari valentine yang membahagiakan untuk diri kami sendiri itu 1 minggu kami tidak sekolah, lha kenapa, apa masih nyambung, tidak, kami sudah berikrar perayaan itu hanya untuk 1 hari dan janji suci itu kami pegang teguh, tapi mengapa bisa sampai molor 1 minggu, karena pada tanggal 14 Februari malam, kami demam dan diare selama 1 minggu, benar-benar sebuah maha ketololan di masa muda yang indah. Setelah itu kami jadi berpikir dan mendiskusikan lagi perbuatan kami, ternyata yang kemarin kami bahagiakan bukanlah diri kami melainkan ego dan nafsu kami, akibatnya diri kami menjadi korban dari nafsu dan ego tadi, jadi kesimpulannya, kami gagal membahagiakan diri kami sendiri.




Jumat, 11 Februari 2011

Tabu

"Namanya siapa ?..".
"Ata.." (Athar).
"Umurnya berapa tahun ?..".
"Uwa ayun .." (dua tahun).
"Nama Papanya siapa ?..".
"Papa Ajus.." (Agus).
"Nama Mamanya siapa ?..".
"Mama Pippi..".
"Rumahnya dimana ?..".
"Yamyajang.." (Lamlagang).

Demikian percakapan Athar dengan salah seorang kerabat, sore ini kami sedang ngumpul dirumah Mama karena ada pengajian dan arisan keluarga. Mendengar percakapan tadi salah seorang kerabat berujar,
"Waaah..anak-anak sekarang hebat-hebat ya, pintar-pintar, masih kecil uda tau nama orang tuanya, waktu jaman tante dulu jangankan nama orang tua nama sendiri aja nggak tau.." ujarnya sambil tersenyum simpul.
"Iya...waktu jaman kita dulu kan tabu nyebut-nyebut nama orang tua, pamali katanya.." sahut kerabat yang lainnya.
"Kenapa tabu tante ?" tanya salah seorang sepupu saya.
"Ndak tau tuh..pokoknya tabu aja..jadi kita-kita dulu ndak pernah diberitahu siapa nama orang tua kita, baru taunya ya setelah pintar membaca.." jawab kerabat yang lainnya lagi.
"Dulu yang tau nama orang tuanya biasa anak nakal.." kata seorang nenek.
"Lha koq gitu ?" tanya saya penasaran.
"Iya..kalau nggak nakal dari mana juga dia bisa tau kalau bukan dari mencuri dengar kata-kata orang tua, sedangkan jaman dulu anak-anak pantang dekat-dekat orang tua kalau orang tua lagi bicara serius.." jawab si nenek dengan bersemangat, nggak nyambung banget penjelasan si nenek, pikir saya.
"Ah...masak segitu-gitunya banget sih ?.." tanya saya penasaran.
"Iya..bener..kamu sih hidup di jaman serba terbuka jadi ndak bisa membayangkannya, waktu kami dulu banyak banget pantangan dan larangannya.." kata salah seorang Uwak.
"Kalau dulu antara orang tua dan anak kan ndak bisa ngobrol bebas kaya sekarang ini, seperti terhijab, jadinya banyak hal-hal yang ndak bisa dengan bebas ditanyakan atau diceritakan, mungkin kalau dipikir-pikir sekarang, bukannya tabu nyebut nama orang tua, tapi anak segan untuk tanya siapa nama orang tuanya, atau ndak kepikiran untuk nanya siapa nama orang tuanya, pokoknya pasrah aja dengan kehendak orang tua, ndak kaya' anak-anak sekarang banyak debatnya, faktor gizi juga mungkin.." kata yang lainnya lagi sambil tertawa geli.
"Dulu nama orang tua itu kerap dijadikan bahan ejekan.." kata Mama.
"Aaah...sama aja sekarang juga gitu, kalau namanya aneh aja dikit uda deh jadi bahan, nama Suparman bisa jadi Superman.." kata salah seorang sepupu.
"Bedaaa..kalau sekarang nama yang ada dipleset-plesetin, kalau dulu enggak, kalau nama bapaknya Suparman ya setiap anaknya lewat pasti dipanggil-panggil Suparman, herannya si anak ngamuknya bisa kaya banteng ngelihat sapu tangan merah, kalau dipikir-pikir entah kenapa juga harus ngamuk-ngamuk kaya gitu.." tambah Mama menjelaskan.
"Dulu Om kalian pernah babak belur berantem ama temen-temen sekolahnya dulu, gara-gara dipanggil dengan nama Kakek, padahal nama yang disebutkan uda benar nggak dipeleset-pelesetkan, tapi tetap aja si Om ngamuk.." kata Mama menambahkan.
"Mungkin cara panggilnya aja yang salah, mungkin nadanya kedengaran seperti ngenyek.." kata saya.
"Ya kalau nadanya ngenyek ya uda pasti memang itu tujuannya untuk mengejek, cuma herannya kenapa juga harus marah.." kata Mama. 
"Ya seperti itu lah waktu dulu, karena dianggap sakral, jadi tabu banget nyebut-nyebut nama orang tua, kalau disebut, waaah..rasanya seperti sudah melakukan perbuatan yang bejaaat banget..apalagi untuk diejek.." tambah tante saya.

Mendengar penjelasan beberapa kerabat tadi saya jadi ingat cerita Mama tentang salah seorang adik perempuannya yang sekarang berada di Makassar, yang biasanya saya panggil Acik, nah ceritanya waktu itu si Acik baru berusia sekitar 6 tahunan, ketika dia sedang bermain di lapangan bersama teman-temannya dia melihat seseorang yang ia duga adalah ayahnya sedang mengendarai sepeda, mengira kalau itu adalah Ayahnya, Acik segera berlari mengejarnya sambil berteriak-teriak memanggil ayahnya tersebut, dia terus berlari mengejarnya sampai orang itu berhenti di sebuah bioskop yang jaraknya kira-kira 1 Km dari lapangan tadi, begitu orang itu berbalik badan ternyata bukan ayahnya, sontak donk si Acik yang uda kecapean kecewa berat menyadari hal tersebut, sebagaimana reaksi spontan seorang anak bila dalam keadaan cape dan kecewa, maka Acik pun mulai menangis menjerit-jerit hingga akhirnya dikerubungi orang banyak, beberapa orang mencoba menanyakan identitas Acik,
"Namanya siapa ?.." 
"Adek.." (karena biasa dirumah dipanggil Adek)
"Ayahnya namanya siapa ?.."
"Bapak.."
"Ibunya namanya siapa ?.."
"Mamak.." 
"Tinggalnya dimana ?.."
"Di rumah..".
Hahahahahaha....nggak kebayang betapa pusingnya orang-orang yang mendengar jawaban Acik tadi, syukur jaman dulu orangnya masih pada baik-baik, mau bersusah payah mencari rumah dan orang tua Acik, kalau jaman sekarang, waaaahh...nggak bisa bayangin.



Antara Resep & Foto

Ada beberapa teman lama yang sampai sekarang setia mengomentari blog-blog saya bertanya di inbox saya, kenapa blog baru ini fotonya nggak banyak bahkan minus dari resep masakan. Hhhhhfffff....cuma satu kalimat yang bisa saya sampaikan "Cardreader saya hilang...!!!".

Sejak pindahan dari Lhokseumawe dulu, card reader yang biasanya banyak membantu saya untuk memindahkan data dari kamera foto ke komputer sampai saat ini tidak saya ketahui lagi dimana rimbanya. Saya belum ada niat ke toko untuk membeli yang baru dan saya juga tidak tahu cara lain yang mudah untuk memindahkan foto ke komputer, mungkin ada diantara teman-teman yang bisa kasih saran, dimohon bantuannya. Padahal banyak lho foto event-event yang bagus untuk dipostingkan tapi saya belum ketemu jalan untuk ngepostingnya tanpa cardreader, tapi saya janji (janji-janji melulu...) bila semua masalah tadi dapat saya tanggulangi pastinya foto-foto akan segera saya hadirkan.

Untuk resep saya mohon maaaf banget saat ini saya lagi malas-malasnya masak, lagian kalaupun posting resep tanpa foto kan gak seru juga ya, gak menarik, gak ada bukti kalau benar itu masakan saya, iya kan. Jadi untuk resep, selain kendala foto, malas, dan lagi tidak punya banyak waktupun mempengaruhi ketidakhadirannya resep-resep masakan sebagaimana biasanya, sekedar mengingatkan saat ini putra saya sudah tiga yang paling kecil baru empat bulan usianya, jadi pulang kantor rasanya maleeees banget untuk berkarya di dapur (dasaaaarrr males anak dijadiin alasan) oleh karena itu diharapkan ya kesabarannya untuk menunggu saya kembali giat menggeluti dunia kompor, panci dan wajan.

Rencananya, tapi nggak janji, saya mau buat blog khusus untuk postingan resep, sedangkan blog ini khusus untuk celotehan saya saja. Tapi realisasinya kita tunggu saja tanggal mainnya, saya ndak mau janji lagi, ndak mau nebar janji-janji palsu, daripada ntar rumah saya ditimpuki oleh para demonstran yang menagih janji-janji saya (emangnya saya siapa ya...), pertanggungjawabannya sama Tuhan repot, jadi sekali lagi just wait and see aja ya, siapa yang duluan muncul antara resep dan foto, itu urusan saya.


50 % Reality : 50 % Imagination

Terimakasih buat comment-comment dari teman-teman, baik yang di kotak celoteh ataupun yang berkomentar langsung di postingan. Sebelumnya saya minta maaf buat teman-teman yang komentarnya tidak dapat muncul, saya juga tidak tahu mengapa, mungkin karena ada prosedur proteksi spam pada comment yang saya masih rada-rada bego to ngehandlenya, banyak komentar dari teman-teman yang terdelete karena dicurigai membawa virus, saya mohon maaf, saya janji nanti akan saya coba otak-atik lagi pengaturannya.

Ada beberapa teman yang menanyakan apakah postingan yang berlabel 'Just Story' dan "Kidz Story" itu benar adanya, dapat saya jelaskan disini, sebagaimana deskripsi dari blog 'Celoteh Pippi' yang bunyinya "it is hard to different between reality and imagination", seharusnyanya temen-temen sudah pada maklum donk, kalau postingan yang saya tampilkan diilhami dari kisah nyata, ilham, hanya ilham teman-teman, jadi seperti judul postingan ini 50 % reality : 50 % imagination tulisan-tulisan saya benar-benar diilhami dari apa yang terjadi disekitar saya namun dalam penulisannya terjadi beberapa penambahan atau pengurangan disana-sini dengan maksud dan tujuan untuk menghibur pembacanya dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, selain itu menurut saya berat rasanya menulis kisah yang benar-benar nyata, karena harus benar-benar tepat menjelaskan tentang locus, tempus, dan kalimat-kalimat yang diucapkan kata per kata. Dalam bidang  pekerjaan yang saya tekuni sekarang saya diwajibkan menulis yang sebenar-benarnya tidak boleh dikurang-kurangi apalagi dilebih-lebihkan, oleh karena itu sebagaimana di postingan berjudul 'Mukadimah' pernah saya jelaskan bahwa blog ini adalah wadah saya untuk mengembangkan hobi berceloteh melalui tulisan, jadi inilah celoteh saya, silahkan dibaca, syukur-syukur teman-teman suka.

Dalam 'Kidz story' kalau boleh saya jamin hampir 90 % reality sisanya...??? Boleh donk kalau saya sedikit lebay :-))  Tentu semuanya masih ingat dengan tetralogi Laskar Pelangi, yang juga diilhami dari kisah nyata, diawal terbitnya Laskar Pelangi kan juga sempat dipertanyakan benar tidaknya tulisan itu, ada beberapa yang kecewa karena Andrea Hirata mencampuradukkan antara kisah nyata dan imaginasinya, teman, kalau boleh saya berikan saran, bila anda ingin membaca kisah nyata silahkan mendatangi rak-rak yang berlabelkan "Non-Fiksi" di toko-toko buku terdekat. Mungkin sama seperti saya (Jiaaaahhh...mau sama-samain dengan Andrea Hirata..), ketika menulis tetralogi Laskar Pelangi, Andrea senang merangkai kata dan bermain kalimat, mungkin juga dia bosan harus menulis non fiksi terus, tapi terlepas dari beberapa hujatan bukankah harus diakui kita sangat menikmati membaca tetralogi Laskar Pelangi dalam bentuk seperti itu kan, bayangkan bila Andrea tidak membumbui tulisannya disana-sini, saya yakin tetralogi Laskar Pelangi tidak akan bomming seperti sekarang.

Jadi kembali lagi kepada Celoteh Pippi yang 50 % Reality dan 50 % nya lagi Imagination, blog ini hanya sekedar tempat saya berekspresi menyalurkan bakat menulis, apabila pembaca dapat menikmatinya ya Alhamdulillah, kalau tidak ya saya mohon maaf kalau celotehan saya tidak dapat menjadi alat pemuas anda, bila anda tidak senang klik saja exit, gampang kan.



Rabu, 09 Februari 2011

Pintar Berhitung

Kemarin sore sepulang saya dari kantor Agung (5th) dan Athar (2 th) langsung menyambut saya dengan pelukan hangat dan cium sayang mereka,
"Mah...Adek uda pintel itung..." (Ma...Adek sudah pintar berhitung) kata Athar.
"Waaah...Anak Mama hebat..siapa yang ngajarin sayang ?" tanya saya.
"Abang Ajung Mah..." (Abang Agung Ma) jawabnya berseri-seri.
"Abaaaaang...Ciniii...biyang Mamah Adek pintel..." (Abang...sini...bilang Mama Adek Pintar) katanya seperti biasa dengan gaya sok ngebos.
"Iya Ma...Adek uda pintar sekarang, Agung yang ajarin..." jawab Agung bangga.
"Aduuuh...Abang hebat deh...Mama bangga anak Mama pintar-pintar dan hebat-hebat..." kata saya sambil mencium keduanya.
"Abaaang...tanya Adek..." perintah bos kecil ini.
"5  +  1 berapa Dek ?..." tanya Agung.
"Enam..." jawab Athar dengan keras.
Hebat batin saya, Agung dulu mulai bisa berhitung umur 4 tahun.
"4 + 3 berapa Dek ?..." tanya Agung lagi.
"Tujuh..." teriak Athar.
Aduuuh...benar-benar cerdas persis seperti Papanya, pikir saya sambil mengucap syukur.
"20 - 14 berapa Dek..." tanya Agung lagi.
"Enam..." jawab Athar dengan mimik serius.
Waaah...mudah-mudahan besarnya nanti bisa ngalahin Pythagoras, doa saya dalam hati.
"55 - 48 berapa Dek..." tanya Agung lagi.
"Tujuh..." sahut Athar.
Alhamdulillah...dia sudah mampu berhitung sampai puluhan, puji saya dalam hati.
"2 x 3 berapa Dek..." tanya Agung lagi.
"Enaaam..." jawab Athar sambil tersenyum meremehkan.
Belajarnya sudah sampai kali-kalian, unbelievable, saya terkagum-kagum dibuatnya.
"7 x 1 berapa Dek..." tanya Abangnya lagi.
"Tujuh..." jawab Athar.
Fabulous !!! Jerit saya dalam hati.
"Akar 36 berapa Dek ?" tanya Abangnya lagi.
"Enammm..." pekik Athar girang.
Besarnya bisa jadi Matematikawan, doa saya terharu.
"Akar 49 berapa Dek ?..." tanya Agung lagi.
"Tujuuuh..." teriaknya sambil melompat-lompat kegirangan.
Oooooh...saya benar-benar menangis haru melihat kepintaran anak saya Athar.
"1 + 1 berapa Dek.." tanya saya.
"Enaaamm..." Jawabnya polos.
Nah lho...Koq...??? What happen ??? apa dia sudah menganggap terlalu mudah pertanyaan saya sehingga menjawab asal-asalan, mau ngejek saya ngkali, pikir saya.
"5 + 5 berapa Dek ?..." tanya saya lagi penuh harap.
"Tujuuuh..." jawabnya yakin.
"Ma...Mama kalau mau tanya Adek, cari yang jawabannya 6 dan 7 aja, soal pertama yang jawabannya 6 soal kedua yang jawabannya tujuh, jangan kebalik, Adek hafalnya cuma 6 dan 7 aja..." kata Agung menjelaskan.
Gubraaaaak.....Ealaaaaaahhhh....sebenarnya siapa yang pintar berhitung ya ?

Horror

Waktu sudah menunjukkan pukul 02.15 WIB dini hari, pemandangan dari balik kaca mobil tidak terlihat jelas diakibatkan hujan yang turun dengan deras, sesekali terdengar guntur bergemuruh diudara dan cahaya kilat sambar menyambar laksana pedang membelah langit yang hitam pekat. Didepan saya lihat Adril, adik laki-laki saya, sedang konsentrasi penuh mengemudikan mobil, karena cuaca yang sangat buruk jarak pandang kedepanpun menjadi sangat terbatas sehingga mengharuskan dia untuk berhati-hati dalam menyetir. Disampingnya saya lihat Papa menguap menahan kantuk, saya tahu Papa berusaha untuk tidak tidur karena Papa takut bila Ia tidur maka Adril yang hobi ngebut akan tancap gas tanpa mempedulikan keselamatan penumpang. Disebelah saya yang sudah tidur lelap sejak tadi dengan kepala yang sesekali terantuk-antuk kaca mobil adalah suami saya, dipangkuannya ada Agung yang sejak mobil hidup sudah masuk ke alam mimpi. Dibelakang ada Mama, dengan Athar yang sudah tertidur dipangkuannya, dan Kiki, adik perempuan saya, tadinya mereka berdua asyik ngobrol, entah mengapa sekarang diam, mungkin sudah kehabisan bahan obrolan.

Saat ini kami berada didaerah gunung Seulawah dalam perjalanan dari Medan menuju Banda Aceh, disekililing saya lihat gelap bercampur asap putih kabut menutup penglihatan membuat mata seperti menderita miopi, godaan bagi supir untuk memejamkan mata. Dikiri-kanan hutan pinus yang lebat, biasanya kita bisa melihat pepohonan yang tinggi menjulang menutupi angkasa bila perjalanan dilakukan ketika hari terang benderang, namun kini karena matahari telah beristirahat ke peraduannya disertai hujan, yang sedari kami memasuki areal gunung Seulawah ini tidak mennunjukkan tanda-tanda ingin reda, maka yang terlihat adalah representasi dari ketidakhadiran warna atau cahaya alias gelap.

Mengingat kami berangkat dari Medan pukul 08.00 WIB tadi pagi, seharusnya sekitar pukul 20.00 WIB kami sudah tiba di Banda Aceh, tapi bukanlah kami bila perjalanan tidak disertai dengan wisata kuliner. Rentang jarak dari Medan ke Banda Aceh selama 12 jam melewati  + 6 kabupaten yang terdiri dari beberapa kecamatan dan daerah-daerah yang patut diujicoba makanan setempatnya, membuat jarak tempuh perjalanan jadi hampir 24 jam (???).

Dari dulu saya sekeluarga senang travelling dan wisata kuliner, sepanjang perjalanan kami tidak pernah tidur walaupun perjalanan dilakukan pada malam hari, tidak seperti suami saya yang begitu mobil dihidupkan langsung molor, kami seperti tidak pernah kehabisan bahan pembicaraan selalu saja ada topik asik untuk dibahas terkadang disertai joke-joke dan diakhiri dengan saling mencela. Tapi malam ini entah mengapa begitu masuk kekawasan gunung Seulawah lidah kami seperti kelu, otak kami beku hingga tidak mampu memikirkan hal-hal menarik untuk dibicarakan.

Gunung Seulawah adalah sebuah gunung yang terletak di kecamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar Propinsi Aceh, gunung berapi yang termasuk tipe A di propinsi paling ujung barat Indonesia ini menjadi jalan lintas Banda Aceh - Medan. Kurang lebih sekitar 2 jam lagi kami sampai ke rumah, atau sekitar 70 Km lagi menuju Banda Aceh. Karena jalan yang berkelok-kelok dengan beberapa tikungan patah, dimana jurang menganga sudah menanti supir-supir yang ceroboh masuk ke perutnya, gunung Seulawah menjadi daerah rawan terjadinya kecelakaan, banyak tabrakan yang yang berujung dengan kematian korban. Ketika jaman penjajahan Belanda dulu, gunung Seulawah yang kala itu juga menjadi daerah lintasan kereta api, pernah menjadi saksi bisu pejuang-pejuang Aceh yang gigih mengusir penjajah dari bumi serambi mekah ini, banyak pertumpahan darah terjadi disini, bahkan peristiwa pensabotasean kereta api kerap terjadi disini, kawasan hutan yang lebat memudahkan gerilyawan untuk melarikan diri dan bersembunyi, bahkan ketika masa konflik dulu, saat-saat dimana Aceh bergejolak, sering ditemukan mayat-mayat yang dibuang ke jurang oleh orang tak dikenal (OTK). Karena hal-hal itu lah label gunung Seulawah yang angker melekat hingga sekarang.

Diluar masih pekat hening kian meraja, setiap kali saya melirik keluar yang tampak hanyalah pantulan wajah saya yang tercemin melalui kaca jendela mobil. Saya teringat akan beberapa cerita tentang korban-korban yang selamat dari tragedi lalu lintas di gunung Seulawah ini, banyak supir yang mengatakan bahwa setiap masuk keareal gunung Seulawah ini mata mulai terasa berat, mengantuk, tidak peduli walaupun itu disiang hari, selain itu hampir setiap peristiwa tabrakan disebabkan oleh supir yang berusaha menghindar dari seseorang yang tiba-tiba menyeberang jalan dan karena kaget biasanya supir malah banting stiur kearah jurang, tragis, sampai saat ini tidak ada seorangpun yang bisa menjelaskan siapa sosok makhluk yang iseng banget mondar-mandir nyebrang jalan setiap ada kendaraan lewat, padahal jelas sekali dikanan-kiri jalan tidak ada mall, pertokoan, warung apalagi perumahan.

Saya bergidik mengingat foto-foto tragis korban yang sering terpampang di koran-koran harian lokal, saya miris membayangkan betapa awalnya mereka juga mungkin seperti kami sedang melakukan perjalanan, dalam keadaan bahagia dan tidak menyangka bahwa mereka akan menjadi salah satu kegananasan lalu lintas gunung Seulawah,
"Uda mau nyampe jembatan Seunapet nih..." kata Adril memecah kesunyian.
Jembatan Seunapet adalah jembatan kembar yang berada di kecamatan Lembah Seulawah, 65 Km dari Banda Aceh, sebelum menuju jembatan yang terkenal angker ini kita akan bertemu terlebih dahulu dengan 2 tikungan tajam yang menurun, bila tidak hati-hati maka jurang yang dalam telah siaga menyambut kita. Ketika konflik dulu dibawah jembatan ini lah sering ditemukan mayat-mayat yang dibuang oleh OTK, dan lebih dari ratusan kali kecelakaan lalu lintas berlokasi disini dan banyak korban yang meregang nyawa dijurang tersebut.

Tiba-tiba dari jauh sinar lampu mobil menyorot seonggok yang saya duga adalah kepala berada tepat dipinggir bangunan jembatan, Seeeerrrrrrrrrrr...darah saya seperti berlomba-lomba lari dari wajah saya untuk bersembunyi dibalik jantung yang mengakibatkan wajah saya pucat dan jantung berdebar lebih kencang dari biasanya, saya tak sanggup bergerak apalagi berkata-kata, mata saya melotot melihat sosok tersebut, saya tidak tahu apakah yang lain melihat pemandangan yang sama seperti yang saya lihat, saya terpaku tak sanggup melakukan aksi apapun, saya membatin bila cuma saya yang melihatnya berarti ini penampakan.
"Eh...itu apa..." tanya Adril yang rupanya juga melihat hal yang sama seperti saya, saya lega ternyata dia juga melihatnya.
"Mana ?..." tanya Kiki.
"Itu disana, di jembatan..." jawab Adril.
"Oh iya...apa tu ya ? monyet atau babi hutan ya ? atau jangan-jangan harimau..." kata Mama, disini memang masih banyak terdapat satwa-satwa liar, mobil terus melaju hingga kira-kira tinggal 50 meter lagi menuju jembatan, sosok itu berdiri, kami semua terdiam mencoba membuka mata selebar-lebarnya agar dapat melihat jelas.
"Oooh...cuma nenek-nenek...kirain siapa, rupanya tadi lagi jongkok..." kata Papa ketika mobil telah melewati objek tersebut.
Hhhfffffff.....aku bernafas lega, rupanya cuma orang lagi jongkok, pantesan dari jauh kelihatan aneh, memang benar kegelapan suka menipu mata, pikir saya.
"Tapi ngapain juga nenek-nenek itu malam-malam disitu, mana hujan lebat kaya gini..." teriak saya panik sambil melihat lagi kebelakang.
Siiiiiiiiiiiiiiiiiingggggg................ketika saya melihat kebelakang nenek itu telah hilang dari pandangan, belum lagi saya sempat memberitahukannya kepada yang lain tiba-tiba kaca jendela mobil disebelah saya ada yang mengetuk-ngetuk, ketika saya berpaling,
"Jangan ngebut-ngebut...jangan ngebut-ngebut..." kata nenek tadi sambil tersenyum, tubuhnya seperti melayang sejajar dengan saya mengikuti lajunya mobil,
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA......!!!!!!!!!!!!!!!
HAAAAAAAAAAANNNNNNNNNNTTTTTTTTTTUUUUUUUUUUUUUUUUUU......!!!!!!!"
Teriak saya panik, tapi nenek itu tidak pergi tetap melayang disamping kaca mobil saya sambil tersenyum dan mengatakan,
"Jangan ngebut-ngebut...jangan ngebut-ngebut..."
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
"Dek...Dek...Dek...bangun...bangun..." kata suami saya sambil mengguncang-guncang tubuh saya, saya tersentak, gelagapan seperti orang tenggelam kesulitan mendapatkan oksigen, saya lihat sekeliling saya Alhamdulillah...ternyata saya mimpi, sekarang saya ada dirumah, diatas tempat tidur saya yang nyaman.
"Mimpi apa sih Dek ? koq ampe jerit-jerit gitu ?" tanya suami saya.
"Mimpi hantu Bang...Sereeeeem banget..." kata saya terbata-bata.
"Makanya kalau tidur cuci kaki dulu, baca doa biar gak mimpi macam-macam..." kata suami saya sambil menyerahkan segelas air untuk saya minum.
"Cuci kali dulu sana gih..." katanya lagi.
"Nggak ah...takut..."
"Ya ampun...kalah Agung...ya uda sana cuci kaki biar Abang temenin..."
Walaupun menurut saya tidak ada hubungannya antara tidak cuci kaki sebelum tidur dengan mimpi buruk, tapi anjurannya saya iyakan karena saya kebelet pipis.
"Tapi temenin ya..." pinta saya.
"Iya..." jawabnya
"Janji ya jangan ditinggal...trus jangan nakut-nakutin...jangan mati-matiin lampu..." karena saya ingat suami saya paling iseng, janjinya temenin tapi begitu saya tutup pintui toilet dia sembunyi untuk ngagetin atau malah balik ke kamar untuk tidur, kadang juga dia suka jahil matiin lampu dan baru dihidupkan bila saya sudah berteriak-teriak.
"Iya..iya..." sahutnya sambil tersenyum geli.
 Ketika saya sedang pipis tiba-tiba lampu mati,
"Baaaaang..." jerit saya, tapi tidak ada jawaban, saya lihat dari jendela kaca toilet lampu diluarpun mati, ooh...berarti bener-bener mati lampu, pikir saya sambil buru-buru cuci kaki dan bergegas keluar, karena mati lampu semuanya menjadi gelap.
"Baaaaang..." panggil saya sambil meraba-raba dan berjalan balik ke kamar, Uuuuhhh...dasar...ditinggal lagi saya, batin saya sambil bergegas jalan menabrak sana-sini, tiba-tiba tengkuk saya seperti ada yang niup.
"Baaaang...jangan becanda ah..." kata saya sambil berbalik badan mencoba menangkapnya, tapi tidak ada orang disana, tiba-tiba Teeeeep...lampu hidup, saya lihat sekeliling, memang suami saya tidak ada disana, saya segera lari masuk kamar.

 Didalam kamar saya lihat suami saya sudah bergulung didalam selimut dengan nyamannya, Hhuuhhh...dasar...pikir saya sambil menyingkap selimutnya, tapi saya tersentak kaget ternyata orang yang berada didalam selimut bukanlah suami saya melainkan nenek-nenek yang ada dalam mimpi saya tadi,
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA......!!!!!!!!!!!!!!!!!
HAAAAAAAAAAANNNNNNNNNNTTTTTTTTTTUUUUUUUUUUUUUUUUUU......!!!!!!!!"
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
"Dek...Dek...Dek...bangun...bangun..." kata suami saya sambil mengguncang-guncang tubuh saya, saya tersentak, gelagapan seperti orang tenggelam kesulitan mendapatkan oksigen, saya lihat sekeliling saya Alhamdulillah...ternyata saya mimpi, sekarang saya ada dirumah, diatas tempat tidur saya yang nyaman.
"Mimpi apa sih Dek ? koq ampe jerit-jerit gitu ?" tanya suami saya.
"Mimpi hantu Bang...Sereeeeem banget..." kata saya terbata-bata.
"Makanya kalau tidur cuci kaki dulu, baca doa biar gak mimpi macam-macam..." kata suami saya sambil menyerahkan segelas air untuk saya minum.
"Cuci kali dulu sana gih..." katanya lagi.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA....TIIIDAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKK.......!!!!!!

Selasa, 08 Februari 2011

Bila Saatnya Tiba

Tidak percaya adalah reaksi pertama saya ketika mendengar berita tentang telah berpulangnya seorang politikus yang dulu juga pernah mewarnai panggung hiburan tanah air dalam usia relatif muda (43 th), dari tayangan televisi saya lihat banyak kerabat, sahabat dan rekan sejawatnya yang, juga seperti saya, tidak percaya bahwa beliau telah kembali kepelukan sang Rabb, mengingat selama ini beliau tidak pernah diberitakan sakit dan beberapa jam sebelum kepergiannya masih terlihat dalam kondisi yang sangat sehat.

Langkah..Rezeki..Pertemuan..Maut..adalah rahasia sang Khaliq yang harus kita lakoni dalam kehidupan yang fana ini tanpa pernah tahu kapan dan bagaimana terjadinya. Banyak yang berusaha menyingkap tabir misteri ini dan banyak pula yang mendatangi mereka-mereka yang dianggap mampu untuk memprediksinya, umumnya tujuan mereka mencari jawaban adalah karena rasa iseng, penasaran atau bahkan ada yang beralasan ingin mendapat sedikit pencerahan / arah hidup (?). Namun tak seorangpun makhluk ciptaan-Nya yang dapat membongkar misteri Illahi ini dengan tepat dan jitu karena itu adalah hak prerogatif  Tuhan.

Tiap-tiap yang berjiwa pasti akan mati, bila waktunya tiba tak satupun yang dapat menghindar atau lari. Saya yakin setiap orang pasti percaya bahwa semua makhlup hidup akan mati, saya mengerti bila banyak orang yang berharap malaikat maut menjemputnya bila ia telah uzur, telah lanjut usia, dan telah puas menikmati semua pahit manisnya kehidupan, saya maklum bila setelah membaca renungan ini anda berdoa untuk dipanjangkan umur.

Banyak yang berpendapat kematian adalah musibah yang sifatnya mendadak, tak seorangpun ingat bahwa bukankah sebelumnya kita telah berjanji dengan Sang Pemilik Waktu bahwa pada hari, tanggal, bulan, tahun dan jam yang telah disepakati kita akan kembali menghadap-Nya. Banyak diantara kita yang percaya bahwa semua langkah, rezeki, pertemuan, jodoh dan maut telah tertulis dan disepakati antara Sang Pencipta dengan yang diciptakan sejak ciptaannya itu belum ditiupkan roh kehidupan, tapi mengapa banyak orang yang tidak siap menghadapinya, mengapa banyak orang yang tidak senang membahas tentang kenyataan bahwa ketika ia menghirup satu helaan nafas maka berarti semakin berkuranglah jatah hidupnya di muka bumi ini dan berarti detik-detik menuju kematian semakin dekat.

Pernahkah anda merenungkan bagaimana kondisi kita bila saatnya tiba, ketika tubuh tidak dapat lagi digerakkan, ketika oksigen tidak dapat lagi masuk memenuhi rongga paru-paru kita, ketika tubuh kita mengenakan kain kafan, dimasukkan dalam keranda / peti mati dan ketika tubuh kita dikuburkan didalam tanah. Sebagaimana ketika diciptakan dulu kita merupakan individu yang berdiri sendiri maka ketika meninggalpun kita sendiri menghadap Sang Khaliq, tak ada bodyguard yang dapat menemani kita, tak ada kemewahan duniawi yang bisa kita bawa, bahkan saya yakin walaupun ada orang-orang yang sangat mencintai kita sepenuh hati, jiwa dan raganya sampai-sampai ingin loncat ke liang kubur ketika kita dikebumikan, tapi saya mengerti bila kemudian dia emoh untuk menemani kita didalam kubur dan membantu kita dalam mempertanggungjawabkan perbuatan kita ketika kita masih hidup. Maka bila hidup didunia hanya untuk memuaskan hawa nafsu sesungguhnya akan merugi karena cuma amalan-amalan baik sajalah yang menjadi tiket kita menuju kehidupan yang lebih mulia di alam sesudahnya.

Ketika saat itu tiba orang-orang yang menyayangi kita menangisi kepergian kita, menangisi kenangan-kenangan yang telah kita berikan kepada mereka atau kita buat bersama mereka, menyesali kata-kata atau perbuatan yang tidak sempat kita atau mereka ucapkan / lakukan. Setelah kita tiada mungkin benda-benda kenangan yang mengingatkan akan kita masih sering dilihat, kuburan kita masih rajin dikunjungi, namun dengan berjalannya waktu, ketika rasa sedih dan rasa kehilangan telah berhasil diatasi kita pun mulai dilupakan, kuburan kita mungkin hanya dikunjungi menjelang puasa dan lebaran saja, bahkan tidak dikunjungi sama sekali oleh generasi-generasi berikutnya. Syukur-syukur kalau semasa hidup kita pernah melakukan suatu hal baik bagi nusa dan bangsa sehingga setiap 17 Agustusan dan 10 Novemberan nama dan kuburan kita mulai diingat lagi, lebih syukur lagi kalau kita pernah melakukan perbuatan terpuji sehingga nama kita layak untuk digunakan sebagai nama jalan sehingga sampai kapanpun orang masih menyebut-nyebut nama kita, sampai dengan nama jalan itu diganti, tapi yang paling penting dari semua itu, menurut saya, bukanlah mengenai betapa dikenangnya kita setelah kita mati, tapi bagaimana kehidupan kita sesudah mati.

Saya adalah salah seorang yang paling meyakini bahwa kehidupan yang saat ini tengah saya jalani hanyalah kehidupan sementara, kehidupan fana, kehidupan untuk mempersiapkan kehidupan yang sebenarnya. Saya percaya bahwa apa yang telah saya lakukan dikehidupan saat ini akan berdampak pada bagaimana saya jadinya di kehidupan selanjutnya. Maka saya mencoba untuk mempersiapkan bekal yang bisa saya bawa kesana, saya berusaha menabung pundi-pundi amalan agar kelak dapat membeli tiket yang dapat membawa saya ketempat yang layak, dan saya bersungguh-sungguh menjaga prilaku saya saat ini agar kelak saya bisa hidup tenang dan nyaman dialam kehidupan yang lebih mulia.

Saya tidak takut mati, saya tidak takut akan kematian, tapi saya belum siap mempersiapkan diri menuju kematian, amalan saya masih minus, utang-utang saya kepada Tuhan belum tertutupi, prilaku saya kepada sesama belum ada bagus-bagusnya, sehingga boro-boro nama saya digunakan sebagai nama jalan, untuk datang menangisi kepergian saya saja mereka enggan, mungkin mereka malah tertawa bahagia ketika saya mati dan berucap "Alhamdulillah ya Allah akhirnya Engkau angkut juga sampah masyarakat ini, semoga bumi dapat kembali tenang..".

Saya ingin ketika saya dijemput oleh maut saya berada dalam kondisi keimanan yang sempurna, amalan saya berada dipuncak amalan tertinggi dan rekening ibadah saya telah cukup untuk membeli kendaraan terbaik yang dapat membawa saya kekehidupan yang lebih baik. Saya ingin ketika saya pergi mereka-mereka yang saya tinggalkan juga telah siap menghadapi kematian mereka, siap dengan amalan-amalan terbaik yang diharapkan-Nya, dan siap menerima kepergian saya dengan ikhlas. Bila saatnya tiba saya ingin bumi dan langit mengampuni serta menerima saya, saya ingin semua kesalahan saya telah dimaafkan Tuhan dan makhluk ciptaan-Nya, saya ingin pergi dalam keadaan suci tak bernoda dan saya ingin mereka-mereka mengenang saya dengan segala kebaikan saya bukan keburukan saya. Oleh karena itu mulai saat ini saya bertekad untuk hidup dengan baik demi kehidupan yang lebih baik kelak.

Melihat prosesi penguburan politikus yang saya ceritakan tadi diatas melalui televisi, saya berpikir mencoba mengingat-ingat lagi janji saya kepada-Nya, saya berharap kapanpun janji itu tiba saya berada dalam keadaan Husnul Khotimah bukan Su'ul Khotimah, saya berdoa semoga kata-kata terakhir yang saya ucapkan adalah kalimah-kalimah toyyibah, dan saya berharap ketika malaikat maut datang tiket VIP menuju surga telah saya genggam dan saya menyambut kedatangan maut dengan tubuh yang bersih, rupa yang manis, pakaian yang indah dan berada ditempat yang layak, Amien Ya Rabbal Al-Amien.

Rabu, 02 Februari 2011

Naik Sabuk





Setiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu bila kami sedang jalan melewati pendopo gubernur, tampak di lapangan volleyball TNI, sekelompok orang yang sedang berlatih ilmu bela diri Tae Kwon Do, setiap melihat mereka berlatih Agung pasti minta berhenti untuk menontonnya, Agung terlihat serius dan sangat berminat menyaksikan orang-orang yang sedang latihan tae kwon do itu, banyak pertanyaan yang diajukannya seputar tae kwon do, seperti,
"Oom ama tante itu pada ngapain Pa ?.."
"Mereka sedang latihan tae kwon do.."
"Tae kwon do itu apa Pa ?.."
"Tae kwon do itu ilmu bela diri dari Korea.."
"Tae kwon do itu belajar berantem ya Pa ?.."
"Tae kwon do tujuannya bukan sekedar untuk berantem aja, ada arti disetiap gerakannya, tae kwon do olahraga yang bermanfaat untuk kesehatan, membentuk tubuh, ada unsur seninya, bisa jadi hiburan karena enak ditonton.."
"Kita gak dimarah Allah kalau tae kwon do Pa ?.."
"Kalau tujuannya untuk olahraga ya pasti gak dimarah, tapi kalau setelah jago tae kwon do kita jadi suka berantem, pukulin orang yang nggak salah, Allah pasti marah.." 
"Ooooo.." katanya dengan mata yang masih terpaku memandang orang latihan.
Setelah itu hampir setiap Selasa, Kamis dan Sabtu Sore Agung selalu mengajak Papanya untuk melihat orang yang sedang latihan tae kwon do, sampai pada suatu hari ia mengutarakan niatnya kepada kami untuk ikut latihan,
"Pa..Agung mau ikut tae kwon do, boleh ?.." 
"Agung serius ? latihannya berat lho..Pikir-pikir dulu deh..jangan nanti baru hari pertama latihan uda KO kecapean trus gak mau latihan lagi.."
Agung diam tidak menjawab, tapi keinginan Agung tadi kami konsultasikan kepada psikolog di sekolahan Agung karena kami takut latihan itu terlalu berat untuknya, sekolah Agung dibawah bimbingan langsung psikolog profesional jadi kita bebas dan gratis untuk bertanya / konsultasi masalah apa saja dengan psikolog-psikolog disekolahannya. Setelah kami ceritakan, psikolognya bilang selama si anak yang meminta silahkan saja, orang tua wajib mendukung setiap keinginan positif dari seorang anak, latihan tae kwon do bagus juga untuk anak dibawah umur, melatih konsentrasi dan respon otak kanan-kiri serta motorik anak, yang jelas pada saat mendaftar orang tua harus memberitahukan kepada pelatih berapa usia anak sehingga pelatih dapat memberikan porsi latihan yang sesuai untuk usia anak. Setelah mendengar penjelasan panjang lebar dari psikolognya, malamnya Agung kami panggil untuk menanyakan keseriusannya,
"Agung serius mau ikut latihan tae kwon do ?.."
"Emangnya boleh ya Pa ?.."
"Kalau Agung serius kenapa nggak, ya boleh-boleh aja, Agung serius nggak ?.."
"Serius tu apa Pa ?.."
"Serius itu artinya Agung gak main-main kalau latihan, apa yang pelatih suruh Agung mau lakukan, kalau latihan gak boleh malas, kalau cape' boleh berhenti tapi setelah cape'nya hilang harus latihan lagi.."
"Ooo..Agung serius Pa.."
"Janji ?.."
"Janji Pa !" jawabnya meyakinkan.
Seminggu kemudian Agung kami bawa untuk didaftarkan tae kwon do, kenapa sampai perlu waktu 1 minggu, karena kami harus keliling Banda Aceh dulu untuk mencari dobok, seragam tae kwon do, yang seukuran tubuh mungilnya, semua toko diseputaran Banda Aceh dan Aceh Besar telah kami jelajahi tapi ternyata tidak ada dobok yang pas untuk Agung, tidak kurang akal akhirnya kami beli nomor yang paling kecil untuk kemudian direnovasi lagi oleh tukang jahit sesuai ukuran badan Agung.
Setelah urusan pendaftaran selesai selanjutnya Agung diperkenankan untuk bergabung dengan anggota tim sabuk putih. Agung terlihat sangat senang dan bersemangat dia serius melihat Sabeum (instruktur) nya mempraktekkan materi latihan tae kwon do, ketika diminta untuk mengikuti Poomsae, (rangkaian jurus / rangkaian tekhnik gerakan dasar serangan dan pertahanan diri), Agung terlihat sangat sungguh-sungguh. Gerakan-gerakan dasar seperti gerakan momtong jireugi (pukulan ke tengah), ap chagi (tendangan depan), dan aremagi (tangkisan bawah), serta gerakan dasar lainnya dilakukannya dengan mantap.
Dasar anak-anak, 1 minggu kemudian, 30 menit setelah Sabeum menerangkan didepan, Agung mulai tidak fokus, saya perhatikan dia sibuk mengamati kupu-kupu yang sedang berterbangan dibunga-bunga, burung-burung yang sedang bercanda diranting-ranting pohon, kendaraan yang berseliweran di jalan raya, dan apa saja yang sebenarnya tidak menarik tapi berubah menjadi mengagumkan di matanya, konsentrasinya buyar, atas ketidakkonsentrasiannya itu Agung menerima hukuman disiplin berupa push-up dari Sabeumnya, hihihihi...kasihan juga sih sebenarnya, tapi setelah saya konsultasikan lagi dengan psikolog di sekolahnya, kata psikolognya gak pa-pa, itu merupakan pembelajaran buat Agung, jadi dia mengerti bahwa semua perbuatan pasti ada konsekuensinya, bukankah dia sudah berjanji untuk serius bila diijinkan ikut tae kwon do, bener juga sih pikir saya.
Hari-hari berikutnya saya perhatikan Agung paling semangat kalau pemanasan, lari-lari keliling lapangan, loncat-loncatan, dan guling-gulingan, tapi begitu materi dalam latihan tae kwon do dimulai pikiran Agung pun mulai mengembara kemana-mana, sampe Sabeumnya uda nyerah, karena dia-dia terus yang kena push up, akhirnya Agung dianggap anak bawang, penggembira, bikin rame suasana aja, mungkin Sabeumnya maklum dia masih kanak-kanak, padahal ditempat latihan ada beberapa anak yang hampir sebaya Agung, tapi memang Agung yang paling muda disitu dan kelihatan banget kalau dia gak nyimak serta banyak salahnya :)
Hari minggu kemarin tempat latihannya mengadakan prosesi kenaikan sabuk, Sabeumnya minta kepada kami agar Agung diikutkan saja untuk meramaikan suasana, walaupun pastinya dia tidak ikutan naik karena baru sekitar 2 bulan bergabung. Terlebih dahulu Agung diberitahu Sabeumnya bahwa acara akan diadakan pagi-pagi sekali, jadi Agung harus bangun early morning, selain itu sebelum acara naik sabuk dimulai akan diawali dengan lari keliling kota, oleh karenanya Agung harus sarapan yang banyak (Agung susah makan), tapi kalau nanti Agung tidak sanggup lari telah disediakan mobil untuk membawanya  menuju ke lokasi acara naik sabuk diselenggarakan, salah seorang Sabeum akan berlari mendampingi Agung, jadi kalau kecapean Agung tinggal bilang, jangan dipaksakan, kata Sabeumnya,
"Siiiip..laaah.." Jawabnya meyakinkan
Hari Minggu tiba Agung sudah bangun sejak subuh (tumben), dia mandi, minum susu, sarapan tanpa perlu diiringi omelan saya seperti biasanya, setelah itu Agung kami antar menuju lokasi yang telah ditentukan, setelah semua anggota kumpul acarapun dimulai diawali dengan sedikit mukadimah dari  Sabeum Nim, instruktur kepala (instruktur yang paling senior), dilanjutkan dengan pemanasan dan peregangan otot, setelah itu lari keliling kota pun dimulai. Agung terlihat happy berlari bersama Seonbae (senior) dan Hubae (junior) tim taekwondonya, kadang-kadang dia lari kencang, kadang lambat, kadang berjalan santai sambil ngobrol dan bercanda dengan rekan-rekan sebayanya, tak jarang Sabeum, Seonbae dan Hubae ikut tertawa melihat tingkah menggemaskan Agung, sampai menuju lokasi naik sabuk Agung tidak terlihat lelah, mungkin karena Agung yang paling kecil dari segi usia dan ukuran tubuh,  kerap kali Sabeum, Seonbae dan Hubae tim taekwondonya menanyakan kondisi Agung dan menawarkannya untuk naik kemobil, tapi Agung tidak mau dan menjawab dia masih sanggup.
Sesampainya dilokasi, acara kenaikan sabuk para taekwondoin dimulai, diawali dengan peragaan poomsae dan  kyukpa (tekhnik pemecahan benda keras) oleh para taekwondoin, setelah itu para taekwondin satu persatu (berpasangan) melakukan kyoruki (pertarungan), sedangkan yang belum diperintahkan untuk melakukan kyoruki diminta untuk duduk berkumpul di belci ki manisi (tempat istirahat) melihat teman yang sedang kyoruki, setelah semua taekwondoin yang akan naik sabuk selesai melakukan kyoruki, Sabeum Nim mengumumkan, bahwa untuk memeriahkan suasana maka Agung dan Rafi (anak bawang dalam tim) diminta untuk melakukan kyoruki sebagai penutup pertunjukan walaupun mereka tidak akan naik sabuk, Rafi sangat senang karena walaupun Rafi termasuk peserta baru namun ia sudah lumayan lama ikut latihan taekwondo dibandingkan Agung, dilihat dari segi umur memang Rafi hanya beberapa bulan lebih tua dari Agung, tapi dari segi fisik Rafi jauh lebih besar dan lebih berisi dari Agung, selain itu Rafi lebih serius setiap latihan dibandingkan Agung, banyak tekhnik-tekhnik tae kwon do yang telah dikuasainya.
Dengan bersemangat Rafi maju kedepan menuju arena pertarungan untuk chariot, mempersiapkan diri, sedangkan Agung saya perhatikan sedang melihat-lihat kearah penonton mencari kami dengan ekspresi bingung, setelah beradu mata dengan papanya dan melihat papanya mengangguk memberikan dukungan Agung pun maju menuju arena. Di arena Agung dan Rafi saling berhadap-hadapan, Rafi terlihat sangat percaya diri dengan posisi tubuh sempurna siap memulai kyoruki. Menicip, pengawas, menyuruh mereka melakukan kyungrye (penghormatan), lalu menicip mulai menghitung, iljang (satu), ijang (dua), samjang (tiga).......Sijak (Muuulaaaaaiiiiiiiiiii.....), teriak menicip, begitu menicip memberikan aba-aba untuk memulai kyoruki, Agungpun langsung balik badan lari ke arah kami sambil nangis dan berteriak Takuuuut......!!!!!
Bhuaaaaahahahahahaha.....semua yang melihat aksi Agung terpingkal-pingkal tertawa, geli melihat Agung. Sabeum Nimnya segera datang menghampiri Agung, beliau menggendong Agung dan membujuknya agar berhenti menangis, lalu Agung ia pangku, sementara itu Rafi terpaksa harus gigit jari tidak jadi mempertunjukkan keahliannya karena tidak ada lawan yang sepantaran usianya.
Setelah acara selesai kami pulang, dijalan Papanya tanya,
"Kenapa tadi Agung nangis ?.."
"Agung takut Pa..Agung gak mau berantem dengan Rafi, Rafi kan gendut, bisa penyet Agung digencetnya.."
"Ini kan bukan gulat sayang...kan sebelum bertanding Agung uda dipakein helm untuk melindungi kepala dan rompi untuk melindungi badan, lagian ada wasit yang mengawasi.."
"Agung kan nggak ada niat naik sabuk Pa..biar aja sabuk Agung putih terus..kata Sabeum putih itu melambangkan kesucian, Agung pengen jadi orang suci aja Pa.."
Speechless.....