Mahatma Gandhi

"You may never know what results come of your action, but if you do nothing there will be no result"    

Rabu, 09 Februari 2011

Horror

Waktu sudah menunjukkan pukul 02.15 WIB dini hari, pemandangan dari balik kaca mobil tidak terlihat jelas diakibatkan hujan yang turun dengan deras, sesekali terdengar guntur bergemuruh diudara dan cahaya kilat sambar menyambar laksana pedang membelah langit yang hitam pekat. Didepan saya lihat Adril, adik laki-laki saya, sedang konsentrasi penuh mengemudikan mobil, karena cuaca yang sangat buruk jarak pandang kedepanpun menjadi sangat terbatas sehingga mengharuskan dia untuk berhati-hati dalam menyetir. Disampingnya saya lihat Papa menguap menahan kantuk, saya tahu Papa berusaha untuk tidak tidur karena Papa takut bila Ia tidur maka Adril yang hobi ngebut akan tancap gas tanpa mempedulikan keselamatan penumpang. Disebelah saya yang sudah tidur lelap sejak tadi dengan kepala yang sesekali terantuk-antuk kaca mobil adalah suami saya, dipangkuannya ada Agung yang sejak mobil hidup sudah masuk ke alam mimpi. Dibelakang ada Mama, dengan Athar yang sudah tertidur dipangkuannya, dan Kiki, adik perempuan saya, tadinya mereka berdua asyik ngobrol, entah mengapa sekarang diam, mungkin sudah kehabisan bahan obrolan.

Saat ini kami berada didaerah gunung Seulawah dalam perjalanan dari Medan menuju Banda Aceh, disekililing saya lihat gelap bercampur asap putih kabut menutup penglihatan membuat mata seperti menderita miopi, godaan bagi supir untuk memejamkan mata. Dikiri-kanan hutan pinus yang lebat, biasanya kita bisa melihat pepohonan yang tinggi menjulang menutupi angkasa bila perjalanan dilakukan ketika hari terang benderang, namun kini karena matahari telah beristirahat ke peraduannya disertai hujan, yang sedari kami memasuki areal gunung Seulawah ini tidak mennunjukkan tanda-tanda ingin reda, maka yang terlihat adalah representasi dari ketidakhadiran warna atau cahaya alias gelap.

Mengingat kami berangkat dari Medan pukul 08.00 WIB tadi pagi, seharusnya sekitar pukul 20.00 WIB kami sudah tiba di Banda Aceh, tapi bukanlah kami bila perjalanan tidak disertai dengan wisata kuliner. Rentang jarak dari Medan ke Banda Aceh selama 12 jam melewati  + 6 kabupaten yang terdiri dari beberapa kecamatan dan daerah-daerah yang patut diujicoba makanan setempatnya, membuat jarak tempuh perjalanan jadi hampir 24 jam (???).

Dari dulu saya sekeluarga senang travelling dan wisata kuliner, sepanjang perjalanan kami tidak pernah tidur walaupun perjalanan dilakukan pada malam hari, tidak seperti suami saya yang begitu mobil dihidupkan langsung molor, kami seperti tidak pernah kehabisan bahan pembicaraan selalu saja ada topik asik untuk dibahas terkadang disertai joke-joke dan diakhiri dengan saling mencela. Tapi malam ini entah mengapa begitu masuk kekawasan gunung Seulawah lidah kami seperti kelu, otak kami beku hingga tidak mampu memikirkan hal-hal menarik untuk dibicarakan.

Gunung Seulawah adalah sebuah gunung yang terletak di kecamatan Seulimum Kabupaten Aceh Besar Propinsi Aceh, gunung berapi yang termasuk tipe A di propinsi paling ujung barat Indonesia ini menjadi jalan lintas Banda Aceh - Medan. Kurang lebih sekitar 2 jam lagi kami sampai ke rumah, atau sekitar 70 Km lagi menuju Banda Aceh. Karena jalan yang berkelok-kelok dengan beberapa tikungan patah, dimana jurang menganga sudah menanti supir-supir yang ceroboh masuk ke perutnya, gunung Seulawah menjadi daerah rawan terjadinya kecelakaan, banyak tabrakan yang yang berujung dengan kematian korban. Ketika jaman penjajahan Belanda dulu, gunung Seulawah yang kala itu juga menjadi daerah lintasan kereta api, pernah menjadi saksi bisu pejuang-pejuang Aceh yang gigih mengusir penjajah dari bumi serambi mekah ini, banyak pertumpahan darah terjadi disini, bahkan peristiwa pensabotasean kereta api kerap terjadi disini, kawasan hutan yang lebat memudahkan gerilyawan untuk melarikan diri dan bersembunyi, bahkan ketika masa konflik dulu, saat-saat dimana Aceh bergejolak, sering ditemukan mayat-mayat yang dibuang ke jurang oleh orang tak dikenal (OTK). Karena hal-hal itu lah label gunung Seulawah yang angker melekat hingga sekarang.

Diluar masih pekat hening kian meraja, setiap kali saya melirik keluar yang tampak hanyalah pantulan wajah saya yang tercemin melalui kaca jendela mobil. Saya teringat akan beberapa cerita tentang korban-korban yang selamat dari tragedi lalu lintas di gunung Seulawah ini, banyak supir yang mengatakan bahwa setiap masuk keareal gunung Seulawah ini mata mulai terasa berat, mengantuk, tidak peduli walaupun itu disiang hari, selain itu hampir setiap peristiwa tabrakan disebabkan oleh supir yang berusaha menghindar dari seseorang yang tiba-tiba menyeberang jalan dan karena kaget biasanya supir malah banting stiur kearah jurang, tragis, sampai saat ini tidak ada seorangpun yang bisa menjelaskan siapa sosok makhluk yang iseng banget mondar-mandir nyebrang jalan setiap ada kendaraan lewat, padahal jelas sekali dikanan-kiri jalan tidak ada mall, pertokoan, warung apalagi perumahan.

Saya bergidik mengingat foto-foto tragis korban yang sering terpampang di koran-koran harian lokal, saya miris membayangkan betapa awalnya mereka juga mungkin seperti kami sedang melakukan perjalanan, dalam keadaan bahagia dan tidak menyangka bahwa mereka akan menjadi salah satu kegananasan lalu lintas gunung Seulawah,
"Uda mau nyampe jembatan Seunapet nih..." kata Adril memecah kesunyian.
Jembatan Seunapet adalah jembatan kembar yang berada di kecamatan Lembah Seulawah, 65 Km dari Banda Aceh, sebelum menuju jembatan yang terkenal angker ini kita akan bertemu terlebih dahulu dengan 2 tikungan tajam yang menurun, bila tidak hati-hati maka jurang yang dalam telah siaga menyambut kita. Ketika konflik dulu dibawah jembatan ini lah sering ditemukan mayat-mayat yang dibuang oleh OTK, dan lebih dari ratusan kali kecelakaan lalu lintas berlokasi disini dan banyak korban yang meregang nyawa dijurang tersebut.

Tiba-tiba dari jauh sinar lampu mobil menyorot seonggok yang saya duga adalah kepala berada tepat dipinggir bangunan jembatan, Seeeerrrrrrrrrrr...darah saya seperti berlomba-lomba lari dari wajah saya untuk bersembunyi dibalik jantung yang mengakibatkan wajah saya pucat dan jantung berdebar lebih kencang dari biasanya, saya tak sanggup bergerak apalagi berkata-kata, mata saya melotot melihat sosok tersebut, saya tidak tahu apakah yang lain melihat pemandangan yang sama seperti yang saya lihat, saya terpaku tak sanggup melakukan aksi apapun, saya membatin bila cuma saya yang melihatnya berarti ini penampakan.
"Eh...itu apa..." tanya Adril yang rupanya juga melihat hal yang sama seperti saya, saya lega ternyata dia juga melihatnya.
"Mana ?..." tanya Kiki.
"Itu disana, di jembatan..." jawab Adril.
"Oh iya...apa tu ya ? monyet atau babi hutan ya ? atau jangan-jangan harimau..." kata Mama, disini memang masih banyak terdapat satwa-satwa liar, mobil terus melaju hingga kira-kira tinggal 50 meter lagi menuju jembatan, sosok itu berdiri, kami semua terdiam mencoba membuka mata selebar-lebarnya agar dapat melihat jelas.
"Oooh...cuma nenek-nenek...kirain siapa, rupanya tadi lagi jongkok..." kata Papa ketika mobil telah melewati objek tersebut.
Hhhfffffff.....aku bernafas lega, rupanya cuma orang lagi jongkok, pantesan dari jauh kelihatan aneh, memang benar kegelapan suka menipu mata, pikir saya.
"Tapi ngapain juga nenek-nenek itu malam-malam disitu, mana hujan lebat kaya gini..." teriak saya panik sambil melihat lagi kebelakang.
Siiiiiiiiiiiiiiiiiingggggg................ketika saya melihat kebelakang nenek itu telah hilang dari pandangan, belum lagi saya sempat memberitahukannya kepada yang lain tiba-tiba kaca jendela mobil disebelah saya ada yang mengetuk-ngetuk, ketika saya berpaling,
"Jangan ngebut-ngebut...jangan ngebut-ngebut..." kata nenek tadi sambil tersenyum, tubuhnya seperti melayang sejajar dengan saya mengikuti lajunya mobil,
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA......!!!!!!!!!!!!!!!
HAAAAAAAAAAANNNNNNNNNNTTTTTTTTTTUUUUUUUUUUUUUUUUUU......!!!!!!!"
Teriak saya panik, tapi nenek itu tidak pergi tetap melayang disamping kaca mobil saya sambil tersenyum dan mengatakan,
"Jangan ngebut-ngebut...jangan ngebut-ngebut..."
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
"Dek...Dek...Dek...bangun...bangun..." kata suami saya sambil mengguncang-guncang tubuh saya, saya tersentak, gelagapan seperti orang tenggelam kesulitan mendapatkan oksigen, saya lihat sekeliling saya Alhamdulillah...ternyata saya mimpi, sekarang saya ada dirumah, diatas tempat tidur saya yang nyaman.
"Mimpi apa sih Dek ? koq ampe jerit-jerit gitu ?" tanya suami saya.
"Mimpi hantu Bang...Sereeeeem banget..." kata saya terbata-bata.
"Makanya kalau tidur cuci kaki dulu, baca doa biar gak mimpi macam-macam..." kata suami saya sambil menyerahkan segelas air untuk saya minum.
"Cuci kali dulu sana gih..." katanya lagi.
"Nggak ah...takut..."
"Ya ampun...kalah Agung...ya uda sana cuci kaki biar Abang temenin..."
Walaupun menurut saya tidak ada hubungannya antara tidak cuci kaki sebelum tidur dengan mimpi buruk, tapi anjurannya saya iyakan karena saya kebelet pipis.
"Tapi temenin ya..." pinta saya.
"Iya..." jawabnya
"Janji ya jangan ditinggal...trus jangan nakut-nakutin...jangan mati-matiin lampu..." karena saya ingat suami saya paling iseng, janjinya temenin tapi begitu saya tutup pintui toilet dia sembunyi untuk ngagetin atau malah balik ke kamar untuk tidur, kadang juga dia suka jahil matiin lampu dan baru dihidupkan bila saya sudah berteriak-teriak.
"Iya..iya..." sahutnya sambil tersenyum geli.
 Ketika saya sedang pipis tiba-tiba lampu mati,
"Baaaaang..." jerit saya, tapi tidak ada jawaban, saya lihat dari jendela kaca toilet lampu diluarpun mati, ooh...berarti bener-bener mati lampu, pikir saya sambil buru-buru cuci kaki dan bergegas keluar, karena mati lampu semuanya menjadi gelap.
"Baaaaang..." panggil saya sambil meraba-raba dan berjalan balik ke kamar, Uuuuhhh...dasar...ditinggal lagi saya, batin saya sambil bergegas jalan menabrak sana-sini, tiba-tiba tengkuk saya seperti ada yang niup.
"Baaaang...jangan becanda ah..." kata saya sambil berbalik badan mencoba menangkapnya, tapi tidak ada orang disana, tiba-tiba Teeeeep...lampu hidup, saya lihat sekeliling, memang suami saya tidak ada disana, saya segera lari masuk kamar.

 Didalam kamar saya lihat suami saya sudah bergulung didalam selimut dengan nyamannya, Hhuuhhh...dasar...pikir saya sambil menyingkap selimutnya, tapi saya tersentak kaget ternyata orang yang berada didalam selimut bukanlah suami saya melainkan nenek-nenek yang ada dalam mimpi saya tadi,
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA......!!!!!!!!!!!!!!!!!
HAAAAAAAAAAANNNNNNNNNNTTTTTTTTTTUUUUUUUUUUUUUUUUUU......!!!!!!!!"
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
"Dek...Dek...Dek...bangun...bangun..." kata suami saya sambil mengguncang-guncang tubuh saya, saya tersentak, gelagapan seperti orang tenggelam kesulitan mendapatkan oksigen, saya lihat sekeliling saya Alhamdulillah...ternyata saya mimpi, sekarang saya ada dirumah, diatas tempat tidur saya yang nyaman.
"Mimpi apa sih Dek ? koq ampe jerit-jerit gitu ?" tanya suami saya.
"Mimpi hantu Bang...Sereeeeem banget..." kata saya terbata-bata.
"Makanya kalau tidur cuci kaki dulu, baca doa biar gak mimpi macam-macam..." kata suami saya sambil menyerahkan segelas air untuk saya minum.
"Cuci kali dulu sana gih..." katanya lagi.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA....TIIIDAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKK.......!!!!!!

5 komentar:

  1. wkwkwk didalam mimpi ada mimpi, kesannya kek dibuat buat.. tapi lumayan menegangkan sih.. nice story :D

    BalasHapus
  2. Awalnya sempat bingung juga ini reality atau kenyataan, tapi setelah lihat labelnya "Just Story", trus setelah baca postingannya yang berjudul "50% Reality : 50% Imagination" baru ngeh deh kalau ini bener-bener just story. Salut ama gaya penulisannya, keren, jadi ikutan merinding baca cerita ini, untung ditutup dengan kocak, kalau nggak bisa-bisa nggak berani nyetir malam sendirian lagi ni hehehehe

    BalasHapus
  3. Keangkeran jembatan Seunapet hanya isapan jempol, sy sering pulang pergi jalan Seulawah malam hari, bahkan ketika hujan deras sekalipun seorang diri. Namun tidak ada kejadian mistis sama sekali.

    BalasHapus
  4. wah...keren. bikin saya panik tadi :)

    BalasHapus