Mahatma Gandhi

"You may never know what results come of your action, but if you do nothing there will be no result"    

Jumat, 25 Februari 2011

Maulid Nabi Muhammad SAW

Sudah masuk bulan Maulid niiihh...Waaahh..seandainya masih di Lhokseumawe...bisa perbaikan gizi hehehe... Sebelum tugas di Lhokseumawe Maulid dimata saya hanyalah tanggal merah di kalender dalam rangka peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW dimana biasanya pada hari libur itu saya ke sekolah dengan mengenakan baju muslim untuk mendengar ceramah, malamnya pun juga ada ceramah di masjid, cuma itu, hanya itu kenangan yang saya ingat tentang Maulid sebelum saya ditugaskan di Lhokseumawe.

Saya lahir dan besar di Aceh, Papa saya orang Aceh, tapi lingkungan tempat tinggal saya, sebelum tsunami, mayoritasnya bukan suku Aceh, kalaupun ada suku Aceh hanya minoritas dan itupun pendatang, malah di lorong rumah orang tua saya yang suku Aceh ya cuma Papa saya, dan karena Papa saya anak tunggal yang mana Almh. nenek saya pun semasa hidupnya berkedudukan di Banda Aceh juga, otomatis adat Aceh yang saya kenal kebanyakan teori, hanya berdasarkan cerita saja, praktek di lapangannya jarang saya nikmati langsung.

Perayaan maulid atau yang biasa di Aceh disebut dengan Khanuri Maulod (kenduri maulid) dilaksanakan setiap bulan Rabbiul Awal yang disebut maulod awai (maulid awal) dimulai pada tanggal 12 Rabbiul Awal, bulan Rabbiul Akhir (maulod teungoh / maulid tengah), dan bulan Jumadil Awal (maulod akhee / maulid akhir). Biasanya seluruh masyarakat di Aceh mengadakan perayaan kenduri Maulid di Mesjid, rumah, gampong, dan meunasah (mushala), hanya waktu pelaksanaannya yang berbeda-beda, tergantung pada kemampuan menyelenggarakan dari masyarakat. Mengapa dibagi menjadi tiga bulan, dalam Tarikh Islam, tujuannya agar masyarakat dapat melaksanakan kenduri secara keseluruhan dan merata. Maksudnya apabila pada bulan Rabiul Awal belum sempat / mampu, baik secara ekonomi maupun waktu, maka dapat dilaksanakan pada bulan Rabiul Akhir, dan bila belum mampu juga maka masih ada kesempatan pada bulan Jumadil awal.

Di Lhokseumawe masing-masing gampong melaksanakan maulid dalam waktu yang berbeda-beda dengan tujuan agar tidak beradu waktu pelaksanaannya. Di Lhokseumawe lah saya baru benar-benar merasakan yang namanya tradisi perayaan Maulid yang sebenar-benarnya di Aceh. Masyarakat disana sangat antusias menyambut perayaan maulid tersebut, meriah, nuansa Islami dimana-mana dan pastinya banyak makanan hehehehe.

Umumnya masyakat di Aceh menyambut perayaan Maulid tersebut dengan antusias dan melaksanakannya dengan semegah-megahnya selayaknya menyambut lebaran tiba, rumah-rumah mulai dibersihkan, gordyn dan taplak meja diganti, permadani turki mulai dibentang dan rumput dihalamanpun sudah rapi dipangkas menyambut hari kelahiran Pang Ulee (penghulu alam) Nabi Muhammad SAW, utusan Allah SWT yang terakhir pembawa dan penyebar ajaran agama Islam. Kenduri ini sering pula disebut kanduri Maulod Pang Ulee. Ketika hari H tiba, bagi yang menyelenggarakan kenduri pada siang hari biasanya sekitar pukul 12 siang hidangan telah siap untuk diantar ke meunasah atau mesjid, dan bagi yang menyelenggarakan kenduri di rumah, hidangan telah ditata rapi untuk para tamu. Dari Meunasah dan masjid-masjid mulai terdengar Meudikee Maulod (zikir marhaban atau zikir maulid) sejak pagi hingga malam dan berhenti sebentar disetiap waktu menunaikan sholat tiba untuk kemudian dilanjutkan kembali. Meudikee Maulod ini terus dikumandangkan sampai dengan waktu Isya tiba, sesudah sholat Isya biasanya ditutup dengan ceramah Islami.

Penyelenggaraan kenduri maulid umumnya dilangsungkan di meunasah atau mesjid. Panitia pelaksana kenduri selain mengundang masyarakatnya juga mengundang penduduk dari gampong-gampong lain yang berdekatan. Penduduk di gampong yang sedang melaksanakan kenduri biasanya menyumbangkan makanan ke Meunasah / Mesjid, selain itu di Meunasah / Mesjid biasanya ada menyembelih sapi / kerbau / kambing untuk dimasak sebagai hidangan perayaan Milad Nabi tersebut. Makanan yang telah terkumpul di Meunasah / Masjid tadi diutamakan dibagikan kepada kaum dhuafa, fakir miskin, dan anak yatim / yatim-piatu, baik dari gampong penyelenggara maulid maupun gampong-gampong tetangga. Hal ini lah yang menyebabkan  perayaan maulid dilaksanakan pada waktu yang berbeda antara satu gampong dengan gampong yang lain.

Selain itu bagi yang mampu biasanya juga melaksanakan kenduri di rumah, biasanya pemilik rumah mengundang saudara, tetangga, kerabat, sahabat, dan masyarakat yang dikenalnya untuk menghadiri acara kenduri di rumahnya. Naaahh...disini mulai serunya, karena sebagaimana pepatah orang Aceh yang berbunyi "Peumulia Jamee  Adat Geutanyoe" yang artinya "memuliakan tamu adalah tradisi kami", sehingga sudah  prinsip orang Aceh bila tamu harus dimuliakan, maka sebagai tamu tentunya kita akan disuguhkan dengan berbagai macam jenis hidangan khas Aceh, dan sebagaimana tabiat orang Aceh yang paling menghargai tamu, senang menyambut tamu dan selalu ingin menyenangkan tamunya, maka saran saya, kalau anda diundang untuk hadir diacara kenduri Maulid, kosongkan perut sekosong-kosongnya hehehehehehe...karena pemilik rumah pantang lihat piring dan gelas tamunya kosong, pasti langsung disodori lagi beraneka macam makanan dan minuman.

Biasanya dalam kenduri Maulid ada beberapa makanan wajib yang selalu ada dalam daftar menu untuk dihidangkan, yaitu beukulah (nasi bungkus / nasi putih yang dibungkus dengan daun pisang dengan bentuk khas seperti kerucut) dengan lauk pauk terpisah, dan untuk dessertnya ada beuleukat kuah tuhee / beuleukat kuah peungat, ketan dimakan dengan kuah santan dicampur dengan pisang raja dan nangka serta diberi gula secukupnya (seperti kolak tapi berwarna putih) ditambah dengan serikaya, kue timphan, dan Eh Boh Timon, Es Buah Timun, (catatan: konon orang Aceh susah nyebut huruf S). Sedangkan untuk lauknya, Waaaahhh...bener-bener heboh, segala macam jenis hidangan ada disini, karena menurut adatnya Aceh, yang paling mulia untuk disajikan kepada tamu adalah daging, maka jangan heran kalau hampir semua hidangan terdiri dari daging sapi, kerbau, kambing, bebek, ayam, ikan semuanya mejeng dengan menggiurkannya dipiring-piring hidangan, mulai dari dimasak gulai merah, gulai putih, dimasak kari merah, kari putih (koq kaya bendera ya Xixixixixi...), ditumis, digoreng, direbus, diasapi, dan aneka cara masak lainnya, pokoknya meriaaaaaaaaaaaahhh...!!!!!

Sebenarnya dibeberapa tempat di Banda Aceh juga masih melaksanakan adat seperti ini, tapi karena nggak pernah ngundang saya jadi saya nggak tahu Qiqiqiqi...kalau ditempat tinggal saya memang ada juga makan-makan sesudah ceramah tapi sekedarnya saja, biasanya nasi atau kue kotak demikian juga disekolah saya dulu, jadi menurut saya, yang tukang makan, kurang meriah. Tapi kalau saya cerita seperti ini ke Mama, maka dengarlah petuah Mama saya,

"Inti terpenting dari perayaan Maulid Nabi adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin untuk berjuang menegakkan panji-panji Islami dalam kehidupannya dan menjalankan perintah Allah SWT sebagaimana yang telah diajarkan Nabi Muhammad SAW, jadi bukan makan-makannya...!!!"

Duuuuhh...berasa ditabok pake sekarung goni beras deh hehehehe...Ok Mom, what ever you say yang penting sebagaimana petuah indatu (nenek moyang) kita dulu.....

"Matee Aneuk Meupat Jeurat Gadoh Adat Pat Tamita" 
(mati anak tahu kuburannya hilang adat dimana harus dicari)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar