Setiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu bila kami sedang jalan melewati pendopo gubernur, tampak di lapangan volleyball TNI, sekelompok orang yang sedang berlatih ilmu bela diri Tae Kwon Do, setiap melihat mereka berlatih Agung pasti minta berhenti untuk menontonnya, Agung terlihat serius dan sangat berminat menyaksikan orang-orang yang sedang latihan tae kwon do itu, banyak pertanyaan yang diajukannya seputar tae kwon do, seperti,
"Oom ama tante itu pada ngapain Pa ?.."
"Mereka sedang latihan tae kwon do.."
"Tae kwon do itu apa Pa ?.."
"Tae kwon do itu ilmu bela diri dari Korea.."
"Tae kwon do itu belajar berantem ya Pa ?.."
"Tae kwon do tujuannya bukan sekedar untuk berantem aja, ada arti disetiap gerakannya, tae kwon do olahraga yang bermanfaat untuk kesehatan, membentuk tubuh, ada unsur seninya, bisa jadi hiburan karena enak ditonton.."
"Kita gak dimarah Allah kalau tae kwon do Pa ?.."
"Kalau tujuannya untuk olahraga ya pasti gak dimarah, tapi kalau setelah jago tae kwon do kita jadi suka berantem, pukulin orang yang nggak salah, Allah pasti marah.."
"Ooooo.." katanya dengan mata yang masih terpaku memandang orang latihan.
Setelah itu hampir setiap Selasa, Kamis dan Sabtu Sore Agung selalu mengajak Papanya untuk melihat orang yang sedang latihan tae kwon do, sampai pada suatu hari ia mengutarakan niatnya kepada kami untuk ikut latihan,
"Pa..Agung mau ikut tae kwon do, boleh ?.."
"Agung serius ? latihannya berat lho..Pikir-pikir dulu deh..jangan nanti baru hari pertama latihan uda KO kecapean trus gak mau latihan lagi.."
Agung diam tidak menjawab, tapi keinginan Agung tadi kami konsultasikan kepada psikolog di sekolahan Agung karena kami takut latihan itu terlalu berat untuknya, sekolah Agung dibawah bimbingan langsung psikolog profesional jadi kita bebas dan gratis untuk bertanya / konsultasi masalah apa saja dengan psikolog-psikolog disekolahannya. Setelah kami ceritakan, psikolognya bilang selama si anak yang meminta silahkan saja, orang tua wajib mendukung setiap keinginan positif dari seorang anak, latihan tae kwon do bagus juga untuk anak dibawah umur, melatih konsentrasi dan respon otak kanan-kiri serta motorik anak, yang jelas pada saat mendaftar orang tua harus memberitahukan kepada pelatih berapa usia anak sehingga pelatih dapat memberikan porsi latihan yang sesuai untuk usia anak. Setelah mendengar penjelasan panjang lebar dari psikolognya, malamnya Agung kami panggil untuk menanyakan keseriusannya,
"Agung serius mau ikut latihan tae kwon do ?.."
"Emangnya boleh ya Pa ?.."
"Kalau Agung serius kenapa nggak, ya boleh-boleh aja, Agung serius nggak ?.."
"Serius tu apa Pa ?.."
"Serius itu artinya Agung gak main-main kalau latihan, apa yang pelatih suruh Agung mau lakukan, kalau latihan gak boleh malas, kalau cape' boleh berhenti tapi setelah cape'nya hilang harus latihan lagi.."
"Ooo..Agung serius Pa.."
"Janji ?.."
"Janji Pa !" jawabnya meyakinkan.
Seminggu kemudian Agung kami bawa untuk didaftarkan tae kwon do, kenapa sampai perlu waktu 1 minggu, karena kami harus keliling Banda Aceh dulu untuk mencari dobok, seragam tae kwon do, yang seukuran tubuh mungilnya, semua toko diseputaran Banda Aceh dan Aceh Besar telah kami jelajahi tapi ternyata tidak ada dobok yang pas untuk Agung, tidak kurang akal akhirnya kami beli nomor yang paling kecil untuk kemudian direnovasi lagi oleh tukang jahit sesuai ukuran badan Agung.
Setelah urusan pendaftaran selesai selanjutnya Agung diperkenankan untuk bergabung dengan anggota tim sabuk putih. Agung terlihat sangat senang dan bersemangat dia serius melihat Sabeum (instruktur) nya mempraktekkan materi latihan tae kwon do, ketika diminta untuk mengikuti Poomsae, (rangkaian jurus / rangkaian tekhnik gerakan dasar serangan dan pertahanan diri), Agung terlihat sangat sungguh-sungguh. Gerakan-gerakan dasar seperti gerakan momtong jireugi (pukulan ke tengah), ap chagi (tendangan depan), dan aremagi (tangkisan bawah), serta gerakan dasar lainnya dilakukannya dengan mantap.
Dasar anak-anak, 1 minggu kemudian, 30 menit setelah Sabeum menerangkan didepan, Agung mulai tidak fokus, saya perhatikan dia sibuk mengamati kupu-kupu yang sedang berterbangan dibunga-bunga, burung-burung yang sedang bercanda diranting-ranting pohon, kendaraan yang berseliweran di jalan raya, dan apa saja yang sebenarnya tidak menarik tapi berubah menjadi mengagumkan di matanya, konsentrasinya buyar, atas ketidakkonsentrasiannya itu Agung menerima hukuman disiplin berupa push-up dari Sabeumnya, hihihihi...kasihan juga sih sebenarnya, tapi setelah saya konsultasikan lagi dengan psikolog di sekolahnya, kata psikolognya gak pa-pa, itu merupakan pembelajaran buat Agung, jadi dia mengerti bahwa semua perbuatan pasti ada konsekuensinya, bukankah dia sudah berjanji untuk serius bila diijinkan ikut tae kwon do, bener juga sih pikir saya.
Hari-hari berikutnya saya perhatikan Agung paling semangat kalau pemanasan, lari-lari keliling lapangan, loncat-loncatan, dan guling-gulingan, tapi begitu materi dalam latihan tae kwon do dimulai pikiran Agung pun mulai mengembara kemana-mana, sampe Sabeumnya uda nyerah, karena dia-dia terus yang kena push up, akhirnya Agung dianggap anak bawang, penggembira, bikin rame suasana aja, mungkin Sabeumnya maklum dia masih kanak-kanak, padahal ditempat latihan ada beberapa anak yang hampir sebaya Agung, tapi memang Agung yang paling muda disitu dan kelihatan banget kalau dia gak nyimak serta banyak salahnya :)
Hari minggu kemarin tempat latihannya mengadakan prosesi kenaikan sabuk, Sabeumnya minta kepada kami agar Agung diikutkan saja untuk meramaikan suasana, walaupun pastinya dia tidak ikutan naik karena baru sekitar 2 bulan bergabung. Terlebih dahulu Agung diberitahu Sabeumnya bahwa acara akan diadakan pagi-pagi sekali, jadi Agung harus bangun early morning, selain itu sebelum acara naik sabuk dimulai akan diawali dengan lari keliling kota, oleh karenanya Agung harus sarapan yang banyak (Agung susah makan), tapi kalau nanti Agung tidak sanggup lari telah disediakan mobil untuk membawanya menuju ke lokasi acara naik sabuk diselenggarakan, salah seorang Sabeum akan berlari mendampingi Agung, jadi kalau kecapean Agung tinggal bilang, jangan dipaksakan, kata Sabeumnya,
"Siiiip..laaah.." Jawabnya meyakinkan
Hari Minggu tiba Agung sudah bangun sejak subuh (tumben), dia mandi, minum susu, sarapan tanpa perlu diiringi omelan saya seperti biasanya, setelah itu Agung kami antar menuju lokasi yang telah ditentukan, setelah semua anggota kumpul acarapun dimulai diawali dengan sedikit mukadimah dari Sabeum Nim, instruktur kepala (instruktur yang paling senior), dilanjutkan dengan pemanasan dan peregangan otot, setelah itu lari keliling kota pun dimulai. Agung terlihat happy berlari bersama Seonbae (senior) dan Hubae (junior) tim taekwondonya, kadang-kadang dia lari kencang, kadang lambat, kadang berjalan santai sambil ngobrol dan bercanda dengan rekan-rekan sebayanya, tak jarang Sabeum, Seonbae dan Hubae ikut tertawa melihat tingkah menggemaskan Agung, sampai menuju lokasi naik sabuk Agung tidak terlihat lelah, mungkin karena Agung yang paling kecil dari segi usia dan ukuran tubuh, kerap kali Sabeum, Seonbae dan Hubae tim taekwondonya menanyakan kondisi Agung dan menawarkannya untuk naik kemobil, tapi Agung tidak mau dan menjawab dia masih sanggup.
Sesampainya dilokasi, acara kenaikan sabuk para taekwondoin dimulai, diawali dengan peragaan poomsae dan kyukpa (tekhnik pemecahan benda keras) oleh para taekwondoin, setelah itu para taekwondin satu persatu (berpasangan) melakukan kyoruki (pertarungan), sedangkan yang belum diperintahkan untuk melakukan kyoruki diminta untuk duduk berkumpul di belci ki manisi (tempat istirahat) melihat teman yang sedang kyoruki, setelah semua taekwondoin yang akan naik sabuk selesai melakukan kyoruki, Sabeum Nim mengumumkan, bahwa untuk memeriahkan suasana maka Agung dan Rafi (anak bawang dalam tim) diminta untuk melakukan kyoruki sebagai penutup pertunjukan walaupun mereka tidak akan naik sabuk, Rafi sangat senang karena walaupun Rafi termasuk peserta baru namun ia sudah lumayan lama ikut latihan taekwondo dibandingkan Agung, dilihat dari segi umur memang Rafi hanya beberapa bulan lebih tua dari Agung, tapi dari segi fisik Rafi jauh lebih besar dan lebih berisi dari Agung, selain itu Rafi lebih serius setiap latihan dibandingkan Agung, banyak tekhnik-tekhnik tae kwon do yang telah dikuasainya.
Dengan bersemangat Rafi maju kedepan menuju arena pertarungan untuk chariot, mempersiapkan diri, sedangkan Agung saya perhatikan sedang melihat-lihat kearah penonton mencari kami dengan ekspresi bingung, setelah beradu mata dengan papanya dan melihat papanya mengangguk memberikan dukungan Agung pun maju menuju arena. Di arena Agung dan Rafi saling berhadap-hadapan, Rafi terlihat sangat percaya diri dengan posisi tubuh sempurna siap memulai kyoruki. Menicip, pengawas, menyuruh mereka melakukan kyungrye (penghormatan), lalu menicip mulai menghitung, iljang (satu), ijang (dua), samjang (tiga).......Sijak (Muuulaaaaaiiiiiiiiiii.....), teriak menicip, begitu menicip memberikan aba-aba untuk memulai kyoruki, Agungpun langsung balik badan lari ke arah kami sambil nangis dan berteriak Takuuuut......!!!!!
Bhuaaaaahahahahahaha.....semua yang melihat aksi Agung terpingkal-pingkal tertawa, geli melihat Agung. Sabeum Nimnya segera datang menghampiri Agung, beliau menggendong Agung dan membujuknya agar berhenti menangis, lalu Agung ia pangku, sementara itu Rafi terpaksa harus gigit jari tidak jadi mempertunjukkan keahliannya karena tidak ada lawan yang sepantaran usianya.
Setelah acara selesai kami pulang, dijalan Papanya tanya,
"Kenapa tadi Agung nangis ?.."
"Agung takut Pa..Agung gak mau berantem dengan Rafi, Rafi kan gendut, bisa penyet Agung digencetnya.."
"Ini kan bukan gulat sayang...kan sebelum bertanding Agung uda dipakein helm untuk melindungi kepala dan rompi untuk melindungi badan, lagian ada wasit yang mengawasi.."
"Agung kan nggak ada niat naik sabuk Pa..biar aja sabuk Agung putih terus..kata Sabeum putih itu melambangkan kesucian, Agung pengen jadi orang suci aja Pa.."
Speechless.....
"Agung serius mau ikut latihan tae kwon do ?.."
"Emangnya boleh ya Pa ?.."
"Kalau Agung serius kenapa nggak, ya boleh-boleh aja, Agung serius nggak ?.."
"Serius tu apa Pa ?.."
"Serius itu artinya Agung gak main-main kalau latihan, apa yang pelatih suruh Agung mau lakukan, kalau latihan gak boleh malas, kalau cape' boleh berhenti tapi setelah cape'nya hilang harus latihan lagi.."
"Ooo..Agung serius Pa.."
"Janji ?.."
"Janji Pa !" jawabnya meyakinkan.
Seminggu kemudian Agung kami bawa untuk didaftarkan tae kwon do, kenapa sampai perlu waktu 1 minggu, karena kami harus keliling Banda Aceh dulu untuk mencari dobok, seragam tae kwon do, yang seukuran tubuh mungilnya, semua toko diseputaran Banda Aceh dan Aceh Besar telah kami jelajahi tapi ternyata tidak ada dobok yang pas untuk Agung, tidak kurang akal akhirnya kami beli nomor yang paling kecil untuk kemudian direnovasi lagi oleh tukang jahit sesuai ukuran badan Agung.
Setelah urusan pendaftaran selesai selanjutnya Agung diperkenankan untuk bergabung dengan anggota tim sabuk putih. Agung terlihat sangat senang dan bersemangat dia serius melihat Sabeum (instruktur) nya mempraktekkan materi latihan tae kwon do, ketika diminta untuk mengikuti Poomsae, (rangkaian jurus / rangkaian tekhnik gerakan dasar serangan dan pertahanan diri), Agung terlihat sangat sungguh-sungguh. Gerakan-gerakan dasar seperti gerakan momtong jireugi (pukulan ke tengah), ap chagi (tendangan depan), dan aremagi (tangkisan bawah), serta gerakan dasar lainnya dilakukannya dengan mantap.
Dasar anak-anak, 1 minggu kemudian, 30 menit setelah Sabeum menerangkan didepan, Agung mulai tidak fokus, saya perhatikan dia sibuk mengamati kupu-kupu yang sedang berterbangan dibunga-bunga, burung-burung yang sedang bercanda diranting-ranting pohon, kendaraan yang berseliweran di jalan raya, dan apa saja yang sebenarnya tidak menarik tapi berubah menjadi mengagumkan di matanya, konsentrasinya buyar, atas ketidakkonsentrasiannya itu Agung menerima hukuman disiplin berupa push-up dari Sabeumnya, hihihihi...kasihan juga sih sebenarnya, tapi setelah saya konsultasikan lagi dengan psikolog di sekolahnya, kata psikolognya gak pa-pa, itu merupakan pembelajaran buat Agung, jadi dia mengerti bahwa semua perbuatan pasti ada konsekuensinya, bukankah dia sudah berjanji untuk serius bila diijinkan ikut tae kwon do, bener juga sih pikir saya.
Hari-hari berikutnya saya perhatikan Agung paling semangat kalau pemanasan, lari-lari keliling lapangan, loncat-loncatan, dan guling-gulingan, tapi begitu materi dalam latihan tae kwon do dimulai pikiran Agung pun mulai mengembara kemana-mana, sampe Sabeumnya uda nyerah, karena dia-dia terus yang kena push up, akhirnya Agung dianggap anak bawang, penggembira, bikin rame suasana aja, mungkin Sabeumnya maklum dia masih kanak-kanak, padahal ditempat latihan ada beberapa anak yang hampir sebaya Agung, tapi memang Agung yang paling muda disitu dan kelihatan banget kalau dia gak nyimak serta banyak salahnya :)
Hari minggu kemarin tempat latihannya mengadakan prosesi kenaikan sabuk, Sabeumnya minta kepada kami agar Agung diikutkan saja untuk meramaikan suasana, walaupun pastinya dia tidak ikutan naik karena baru sekitar 2 bulan bergabung. Terlebih dahulu Agung diberitahu Sabeumnya bahwa acara akan diadakan pagi-pagi sekali, jadi Agung harus bangun early morning, selain itu sebelum acara naik sabuk dimulai akan diawali dengan lari keliling kota, oleh karenanya Agung harus sarapan yang banyak (Agung susah makan), tapi kalau nanti Agung tidak sanggup lari telah disediakan mobil untuk membawanya menuju ke lokasi acara naik sabuk diselenggarakan, salah seorang Sabeum akan berlari mendampingi Agung, jadi kalau kecapean Agung tinggal bilang, jangan dipaksakan, kata Sabeumnya,
"Siiiip..laaah.." Jawabnya meyakinkan
Hari Minggu tiba Agung sudah bangun sejak subuh (tumben), dia mandi, minum susu, sarapan tanpa perlu diiringi omelan saya seperti biasanya, setelah itu Agung kami antar menuju lokasi yang telah ditentukan, setelah semua anggota kumpul acarapun dimulai diawali dengan sedikit mukadimah dari Sabeum Nim, instruktur kepala (instruktur yang paling senior), dilanjutkan dengan pemanasan dan peregangan otot, setelah itu lari keliling kota pun dimulai. Agung terlihat happy berlari bersama Seonbae (senior) dan Hubae (junior) tim taekwondonya, kadang-kadang dia lari kencang, kadang lambat, kadang berjalan santai sambil ngobrol dan bercanda dengan rekan-rekan sebayanya, tak jarang Sabeum, Seonbae dan Hubae ikut tertawa melihat tingkah menggemaskan Agung, sampai menuju lokasi naik sabuk Agung tidak terlihat lelah, mungkin karena Agung yang paling kecil dari segi usia dan ukuran tubuh, kerap kali Sabeum, Seonbae dan Hubae tim taekwondonya menanyakan kondisi Agung dan menawarkannya untuk naik kemobil, tapi Agung tidak mau dan menjawab dia masih sanggup.
Sesampainya dilokasi, acara kenaikan sabuk para taekwondoin dimulai, diawali dengan peragaan poomsae dan kyukpa (tekhnik pemecahan benda keras) oleh para taekwondoin, setelah itu para taekwondin satu persatu (berpasangan) melakukan kyoruki (pertarungan), sedangkan yang belum diperintahkan untuk melakukan kyoruki diminta untuk duduk berkumpul di belci ki manisi (tempat istirahat) melihat teman yang sedang kyoruki, setelah semua taekwondoin yang akan naik sabuk selesai melakukan kyoruki, Sabeum Nim mengumumkan, bahwa untuk memeriahkan suasana maka Agung dan Rafi (anak bawang dalam tim) diminta untuk melakukan kyoruki sebagai penutup pertunjukan walaupun mereka tidak akan naik sabuk, Rafi sangat senang karena walaupun Rafi termasuk peserta baru namun ia sudah lumayan lama ikut latihan taekwondo dibandingkan Agung, dilihat dari segi umur memang Rafi hanya beberapa bulan lebih tua dari Agung, tapi dari segi fisik Rafi jauh lebih besar dan lebih berisi dari Agung, selain itu Rafi lebih serius setiap latihan dibandingkan Agung, banyak tekhnik-tekhnik tae kwon do yang telah dikuasainya.
Dengan bersemangat Rafi maju kedepan menuju arena pertarungan untuk chariot, mempersiapkan diri, sedangkan Agung saya perhatikan sedang melihat-lihat kearah penonton mencari kami dengan ekspresi bingung, setelah beradu mata dengan papanya dan melihat papanya mengangguk memberikan dukungan Agung pun maju menuju arena. Di arena Agung dan Rafi saling berhadap-hadapan, Rafi terlihat sangat percaya diri dengan posisi tubuh sempurna siap memulai kyoruki. Menicip, pengawas, menyuruh mereka melakukan kyungrye (penghormatan), lalu menicip mulai menghitung, iljang (satu), ijang (dua), samjang (tiga).......Sijak (Muuulaaaaaiiiiiiiiiii.....), teriak menicip, begitu menicip memberikan aba-aba untuk memulai kyoruki, Agungpun langsung balik badan lari ke arah kami sambil nangis dan berteriak Takuuuut......!!!!!
Bhuaaaaahahahahahaha.....semua yang melihat aksi Agung terpingkal-pingkal tertawa, geli melihat Agung. Sabeum Nimnya segera datang menghampiri Agung, beliau menggendong Agung dan membujuknya agar berhenti menangis, lalu Agung ia pangku, sementara itu Rafi terpaksa harus gigit jari tidak jadi mempertunjukkan keahliannya karena tidak ada lawan yang sepantaran usianya.
Setelah acara selesai kami pulang, dijalan Papanya tanya,
"Kenapa tadi Agung nangis ?.."
"Agung takut Pa..Agung gak mau berantem dengan Rafi, Rafi kan gendut, bisa penyet Agung digencetnya.."
"Ini kan bukan gulat sayang...kan sebelum bertanding Agung uda dipakein helm untuk melindungi kepala dan rompi untuk melindungi badan, lagian ada wasit yang mengawasi.."
"Agung kan nggak ada niat naik sabuk Pa..biar aja sabuk Agung putih terus..kata Sabeum putih itu melambangkan kesucian, Agung pengen jadi orang suci aja Pa.."
Speechless.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar